KARAWANG, Spirit
Kripik pisang mungkin sudah biasa didengar. Namun, apa jadinya pisang yang biasa dijadikan makanan burung ternyata dapat menjadi kripik yang sangat enak dan lezat.
Ditangan Ustad Ade, seorang pengasuh pesantran Nurul Alam, pisang pulo atau juga pisang batu yang biasanya hanya dijadikan makanan burung kini berubah jadi kripik pisang yang berkuaitas.
Ketika Spirit berkunjung ke Pesantren Nurul Alam , yang berokasi di Jalan Curug Cigeuntis, Kampung Sirnaluju, Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegal Waru, Karawang, Jawa Barat, Ustad Ade menceritakan, berawal dari keberadaan pisang batu yg cukup banyak dan hanya di buang begitu saja, ia bersama para guru dan santrinya mulai mencoba berkreasi sehingga pisang yang tidak memiliki nilai ekonomis menjadi berarti.
“Setelah beberapa kali melalui uji coba, ditemukanlah rasa yang pas manisnya walau tanpa gula dan kerenyahannya yang membuat semua bisa menikmati. Karena mulai banyak pesanan, maka dibuatlah kemasan yang menarik sesuai izin Dinkes.,” ujar Ade, Selasa (15/8).
Dijelaskan Ade, pemasaran selama satu tahun berjalan masih perorangan. Keuntungan dari penjualan digunakan sebagai honor mengajar. “Maklum mas pengajar di sini tidak mendapatkan honor,” ucapnya.
Lebih lanjut, Ade mengatakan, masyarakat sekitar pesantren pun diajarkan untuk ikut membuat kripik pisang tetapi tetap dipasarkan oleh pesantren.
“Hambatan yang mulai dirasakan adalah bahan baku pisang yang mulai langka karena jarangnya masyarakat yang menanam. Dalam pengolahannya 85% dibuang dan hanya 15% yang bisa digunakan sebagai kripik, sehingga dibutuhkan bahan baku yang lumayan besar,” katanya.
Untuk diketahui, Pesantren Nurul Alam memiliki tingkat pendidikan SMP dengan nama SMP Alam Sangga Buana dengan jumlah siswa 50an. Selain bersekolah siswa juga mempelajari kitab kuning, bertani, berkebon, beternak ikan dan memasak sendiri. Menjadikan generasi yang mandiri dan berahlak mulia adalah cita-cita pendiri pesantren. (ist)