PURWAKARTA, Spirit – Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, menegaskan, desa merupakan sumber nilai inklusivitas yang penuh toleransi. Dia mencontohkan perilaku ramah dan gotong royong sebagai soko guru sikap toleran hingga hari dipraktikan oleh masyarakat yang tinggal di lingkungan pedesaan.
Menurut dia, kesemerawutan di desa-desa itu justru lahir dari paham yang secara “toleran” dipraktikan oleh masyarakat desa. Saking tolerannya, mereka yang dulu memelihara ternak sekarang rela memelihara kendaraan bermotor.
“Padahal sebelum gaya hidup yang merusak itu masuk, desa selalu baik-baik saja. Kita ini mengaku pintar tapi ternyata mengubah tatanan moral kehidupan,” katanya, sau diundangdalam dialog publik yang terselenggara atas kerjasama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Wahid Foundation, dan Gedhe Foundation, di Cirebon, belum lama ini.
Ia mengungkapkan, karakter masyarakat Sunda itu sudah sangat inklusif. Bahkan sering terlalu permisif terhadap nilai-nilai yang baru.Ia sangat keberatan saat terdapat stereotype, bahwa Provinsi Jawa Barat, tempat mayoritas orang Sunda tinggal dicap sebagai provinsi paling intoleran.
“Saya heran kok masyarakat yang sangat toleran ini disebut intoleran. Harus dicek betul-betul siapa yang sesungguhnya intoleran itu. Justru yang terjadi di Jawa Barat itu adalah provokasi yang berasal dari luar paham orang Sunda, posisi orang Sunda dalam hal ini sekadar terbawa klaim saja,” ujarnya.
Sementara itu, Yenny Wahid, sesama pegiat pluralis Indonesia mengamini pernyataan Kang Dedi – panggilan akrab Dedi.. menurut dia, Jawa Barat sering menjadi pion provokasi yang mengatasnamakan agama.
Adapun aktor intelektualnya menurut Yenny juga bukanlah asli orang Sunda melainkan pendatang dari luar kota bahkan luar negeri.“Saya sepakat dengan Kang Dedi, setelah dicek betul-betul memang kasihan ini orang Sunda jadi sasaran provokasi atas nama Agama terus. Padahal dalangnya bukan orang Sunda. Implikasinya daerah Jawa Barat menduduki peringkat tertinggi Intoleransi.”
Surat Edaran Bupati Purwakarta tentang Kebebasan Beragama yang sudah ditandatangani sejak 10 November 2015 pun tidak lepas dari apresiasi Yenny. Dia menegaskan seluruh daerah di Jawa Barat sudah waktunya berkiblat ke Purwakarta dalam hal membangun toleransi beragama dan berbudaya.
“Saya kenal Kang Dedi sudah lama. Beliau konsisten menjaga nilai pluralisme kebangsaan. Surat Edarannya juga keren. Tinggal kapan ni daerah lain meniru Purwakarta?,” katanya.(riz)