Peserta Masuk BLK hanya Ingin Disalurkan

KARAWANG, Spirit

Mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) milik Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) belum dijadikan tujuan utama  untuk  meningkatkan kompetensi oleh para pesertanya.  Sebagian besar dari merka mengikuti pelatihan  hanya sekadar untuk bisa di salurkan bekerja.

“Saya baru pertama ikut BLK,  ya biar bisa disalurkan kerja aja,” ujar Ujang (21) peserta BLK teknik pengelasan, Senin (14/2).

Menanggapi hal itu, Kepala UPTD BLK Disnakertrans Willyanto Salmon,  mengatakan,  tujuan pokok dan fungsi  pelaksanaan pelatihan kerja seharusnya untuk meningkatkan mutu dan kompetensi para penjari kerja. Hal itu agar bisa bersaing dengan para pencari kerja yang sudah mempunyai sertifikat keterampilan  ataupun pendidikan lebih. Terlebih saat memasuki era pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

“BLK itu tupoksinya meningkatkan mutu kompetensi. Adapun penyaluran kerja itu bonusnya. Itupun  tidak semua bisa disalurkan, karena tergantung memenuhi  persyaratan atau tidak,”  ujar Willyanto.

Diakui Willy,  kendala soft skill masih menjadi point plus yang terus ditekankan dalam BLK di Disnakertrans. Terbuki para peserta BLK selam 3 hari pertama diberikan  pelatihan fisik, mental, dan displin (FMD)  rata-rata masih lemah.

“Sempet ada obrolan dengan orang-orang di perusahaan nilai minus pencari kerja Karawang umumnya di attitude,” ujar Willy.

Menurut dia, UPTD BLK Disnakertrans sendiri pada, Senin (14/3) kemarin resmi mengadakan pelatihan berbasis kompetensi dengan anggaran APBN 2016.  Kegiatan diikuti oleh 144 peserta  untuk  9 jurusan, antara lain teknik las, mesin,  hingga tata kecantikan.

Menurut Willy,  ada perbedaan pelatihan yang didanai  APBD dengan APBN. Pelatihan yang didani APBD sebanyak 230 jam dan per hari 10 jam. Sedangkan pelatihan dengan dana APBN dilaksanakan 240 jam  dan per hari 8 jam pelatihan dan tidak mendapatkan konsumsi. Ia berharap para peserta benat-benar bisa memanfaatkan pelatihan untuk meningkatkan mutu dan kompetensi kemampuan peserta.

Willy sendiri tidak mengkhawatirkan persaingan dengan tenaga kerja asing yang memasuki industri  di era MEA. Tenaga asing biasanya akan mencari Negara-negara yang menetapkan upah minumnya lebih tinggi. Untuk Karawang sendiri memang tertinggi dan ada pada urutan ke delapan setelah Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand, Myanmar, Filipina, dan Vietnam. Upah Karawang  masih di atas Kamboja dan Laos.

“Mungkin yang akan masuk adalah tenaga kerja asing profesional,” ujar Willy.(cr3)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

RSS
Follow by Email