TEMPURAN, Spirit
Ditengarai RSUD Karawang salah dalam melakukan penanganan, Adim (17 bulan) salah satu anak kembar pasangan pasutri Wagat dan Nuryanah warga Dusun Cikuntul Barat RT01/RW01, Desa Cikuntul, Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang terancam mengalami cacat permanen.
Diceritakan Wagat (37), berawal 17 bulan yang lalu tepatnya 4 Juli 2016, melalui operasi cesar dengan kondisi fisik normal, Adam dan Adim lahir. Berdasarkan diagnosa RSUD Karawang, kedua bayi tersebut pun harus dirawat di ruang ICU.
Orangtua anak kembar Adam dan Adim, Wagat menjelaskan kondisi anak-anaknya sebelum masuk ruang ICU beberapa waktu silam dalam kondisi normal tanpa adanya cacat bawaan.
“Disebut kesehatannya lemah, habis lahir anak saya dirawat di ruang ICU, dulu mah tidak cacat seperti ini. Sekarang saya harus bagaimana? Kasian melihat kondisi anak cacat seperti ini,” jelas Wagat terbata-bata sembari melihat Adim.
Wagat menjelaskan, setelah mendapatkan perawatan selama seminggu di RSUD Karawang, hanya Adam yang diperbolehkan dibawa pulang. Dan Adim pun yang menjalani perawatan lanjutan.
“Setelah kurang lebih 2 minggu, Adim dirawat di ICU, saya baru tau kalau kondisi Adim sudah cacat pada bagian hidung dan mulutnya. Penyebabnya saya kurang paham. Yang jelas kondisi Adim saat itu sangat memprihatinkan, tidak seperti sekarang yang sudah mulai membaik secara fisik,” lanjutnya.
Masih menurut Wagat, pihak RSUD setempat saat kejadian juga telah mengakui kelalaiannya dan bahkan pernah berjanji untuk menangani kondisi anaknya. Namun, saat itu tak terbersit oleh Wagat untuk meminta perjanjian secara tertulis dengan pihak RSUD terkait janji tersebut.
“Kita dulu yang ngurus ke rumah sakit itu Pak Wakil (Kepala Dusun, red). Pihak rumah sakit juga berjanji mau mengoperasi Adim kalo sudah dewasa, tapi saya nggak pegang oret-oretan tentang janji tersebut. Jadi untuk kembali ke rumah sakit saya khawatir harus mengeluarkan biaya yang besar,” tuturnya.
Wagat juga bercerita tentang keberadaan istrinya, Nuryanah setelah melahirkan dan menerima kenyataan bahwa salah satu anaknya mengalami cacat permanen. Dengan harapan akan mengupayakan pengobatan Adim, Nuryanah pun mengais dolar ke luar negeri, agar bisa segera memenuhi besarnya biaya pengobatan Adim.
“Istri saya sekarang kerja di luar negeri, dengan harapan dapat mengobati Adim. Biayanya pasti besar dan kami tidak mampu, makanya istri saya memberanikan diri bekerja ke luar negeri,” pungkasnya.
Sementara itu, tokoh pemuda setempat yang akrab dipanggil Bargo menyayangkan tindakan RSUD Karawang yang mengabaikan kondisi Adim hingga mengalami cacat permanen. Terlebih lagi, selepas menagkui kelaliannya dan berjanji akan kembali memberikan pengobatan Adim, sampai saat ini janji pihak RSUD hanya pepesan kosong.
“Kita kan sebagai bagian dari masyarakat nggak bisa melihat hal seperti ini. Mereka (keluarga Wagat, red) harus dibantu untuk mendapatkan haknya. RSUD harus bertanggungjawab atas kondisi Adim saat ini,” tegasnya.
Sementara itu, pihak RSUD Karawang belum bisa dikonfirmasi terkait cacat yang diderita Adim. (dar)