KARAWANG, Spirit
Warga kecewa PT Kereta Api Indonesia (KAI) membongkar pemukimannya lebih awal dari waktu yang dijanjikan sebelumnya. Belum genap tempo 4 hari, alat berat kiriman PT KAI sudah memporak-porandakan rumah warga.
Sedikitnya 77 rumah warga di Kampung Babakan Ngantay, Desa Gintungkerta, Kecamatan Klari, dibongkar PT Kereta Api Indonesia (KAI). Lahan milik PT KAI itu sudah lama dihuni warga dan dibongkar untuk kemudian akan dipergunakan oleh perusahaan transportasi plat merah tersebut.
“Kami diberi waktu oleh PT KAI untuk dilakukan pembongkaran selama 4 hari. Tetapi baru dua hari, sudah datang alat berat dan langsung merobohkan bangunan ini,” kata salah seorang korban penggusuran, Mustopan (70), Selasa (8/5).
Mustopan mengatakan, warga sebenarnya tak mempersolakan penggusuran, karena memang mereka menempati lahan milik orang. Hanya saja, perintah pembongkaran dinilai terlalu cepat, sehingga warga tidak bisa menyelamatkan barang-barangnya. Bahkan warga merasa bingung harus pindah ke mana, setelah rumahnya rata dengan tanah.
“Kami tidak tahu harus tinggal di mana, karena belum ada tempat untuk pindah. Warga sudah menempati lahan milik PT KAI tersebut sejak 22 tahun lalu. Selama itu pula, warga tidak pernah ditegur atau dilarang tinggal dilokasi tersebut,” ungkapnya.
Ia mengakui,telah menerima uang kerohiman dari PT KAI sebesar Rp 17 juta. Begitupun warga lain yang digusur bangunannya mendapat dana kompensasi sebesar Rp 250 ribu per meterpersegi untuk bangunan permanen dan Rp 200 ribu bagi rumah semi permanen.
Sementara itu, Kepala Desa Gintungkerta, Kecamatan Klari, Lili Ahmad Sopian, mengatakan pihaknya meminta pemerintah daerah jangan lemah kepada pengusahan. Tetapi ke rakyat kecil pemerintah sangat tegas, seperti kepada warga yang digusur oleh PT KAI.
“Saya sudah melakukan pertemuan dengan pemerintah daerah untuk merelokasi warga yang digusur. Namun sampai saat ini belum ada tindak lanjut, jangan memberikan harapan palsu kepada warga,” ungkapnya.
Senior Manager Humas PT KAI Daop 1 Jakarta, Suprapto menuturkan, pihaknya telah membongkar bangunan liar di sekitar Stasiun Klari. Sebab, lahan tersebut akan dipakai untuk bongkar muat kereta barang. “Lahan yang ditempati warga tanpa proses sewa luasnya mencapai 5540 meter persegi. Karena lahan itu akan digunakan sebagai lokasi angkutan barang, PT KAI terpaksa membongkar bangunan yang ada di atasnya,” katanya.
Suprapto membantah, jika pelaksanaan pembongkaran dilakukan secara mendadak. “Kami telah melakukan soosialisasi dan koordinasi kewilayahan sejak Februari lalu. Lagi pula, warga yang rumahnya dibongkar telah menerima uang kerohiman,” pungkasnya.(dit)
