KARAWANG, Spirit – Dukungan Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana yang diamini Sekretaris Daerah (Sekda) Karawang, Teddy Rustfendy terhadap wacana full day school (pendidikan sehari penuh) dari Kementrian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) justru berbanding terbalik dengan sikap para guru honorer di Karawang. Para guru honorer justru meminta Pemkab lebih memperhatikan nasib dan kesejahteraan para tenaga honorer yang saat ini sangat memprihatinkan.
“Bayangkan, eselon III aja gajinya diatas tiga juta, sedangkan kita kebanyakan sebulan di bawah lima ratus ribu. Kalau diberlakukan full day school, bukan apa-apa, kita itu sehabis ngajar banyak yang kerja serabutan, untuk nutupin keperluan, kalau ditambah jamnya terus gimana,” kata Ketua Forum Honorer Kelas II Indonesia (FHK2I) Karawang, Ahmad Godzali kepada Spirit Jawa Barat, Sabtu (13/8).
Dikatakan Godzali, wacana full day school tidak relevan untuk diterapkan, karena selama ini tenaga honorer di semua sekolah yang ada di Karawang, pada kenyataannya memegang lebih besar pekerjaan dibandingkan tenaga guru yang telah diangkat jadi ASN. Namun soal kesejahteraan, kata dia, sangat berbanding terbalik.
“Saya tuh pengennya Pemerintah cek ke lapangan, kita itu justru memegang pekerjaan lebih banyak, tapi tidak pernah diperhatikan. Contohnya beberapa waktu lalu para guru yang telah diangkat jadi ASN dapet gaji ke 13, sedangkan kita? Dapet capenya doang,” katanya.
Godzali menuntut adanya pelegalan profesi bagi para honorer oleh Pemkab, yang nantinya, diharapkan minimal setiap bulan ada sumbangsih Pemkab untuk meningkatkan kesejahteraan para tenaga honorer tingkat II di Karawang yang bergabung di FHK2I sedikitnya berjumlah 2196 orang. “Ya minimal kalau tidak UMK kita dapat tunjangan transport, dan gaji yang agak layak dari dari Pemerintah,” katanya.
Sebelumnya Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana dan Sekda, Teddy Rusfendi mendukung rencana adanay wacana sekolah sehari penuh (full day school).
Hal tersebut menjadi pembicaraan pelbagai pihak, karena melihat tenaga pengajar honorer di Karawang masih banyak yang sedang menuntut peningkatan kesejahteraan, dan juga masih banyak sarana infrsstruktur sekolah yang minim fasilitas, yang dikatakan pelbagai pihak menjadi alasan tidak relevannya penerapan wacana tersebut.
“Mereka lebih interaktif dengan anak-anak seusianya. Dibandingkan pulang sekolah main game atau nonton tv,” ujar Cellica beberapa waktu lalu. (mhs)