PURWAKARTA, Spirit – Peringatah Hari Sumpah Pemuda ke- 88 Kabupaten Purwakarta hari Jum’at (28/10) di Taman Pancawarna Bale Paseban Pendopo Purwakarta terasa berbeda. Pasalnya, Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi yang bertindak langsung selaku inspektur upacara tampil dengan mengenakan sarung dan peci hitam.
Bahkan, bukan hanya Bupati, seluruh peserta yang mengikuti upacara tersebut turut pula mengenakan kain sarung dan peci hitam untuk laki-laki dan pakaian etnik untuk perempuan. Berdasarkan pantauan, pasukan pengibar benderapun tampil dengan mengenakan pakaian pengantin khas Sunda.
“Kali ini berbeda, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda kita memulai untuk mengenakan kain sarung dan peci hitam setiap hari Jumat bagi seluruh pegawai dan pelajar di Purwakarta,” kata Dedi dalam amanat Sumpah Pemuda yang ia sampaikan.
Menurut Dedi, spirit penggunaan kain sarung setara dengan spirit pemuda dalam peristiwa Sumpah Pemuda Tahun 1928. Sarung sebagai nafas kultur nusantara menurut dia sejalan dengan spirit penyatuan nusantara yang tercantum dalam butir-butir Ikrar Sumpah Pemuda.
“Sarung itu identitas bangsa Indonesia, sementara para pemuda saat itu mengikrarkan persatuan nusantara di bawah panji keindonesiaan dalam kondisi kultur daerah di nusantara yang berbeda-beda, spiritnya persatuan,” kata Dedi menambahkan.
Dedi pun memaknai sumpah pemuda bukan semata gerakan untuk para pemuda saja. Lebih dari itu, katanya pemuda telah mampu mempersatukan bangsa bahkan berhasil membangkitkan semangat kreatifitas.
“Maka saya akan terus mendorong kreatifitas, untuk para pelajar, untuk seluruh masyarakat. Momentum sumpah pemuda adalah momentum persatuan bagi kita,” pungkasnya. (riz)