KARAWANG, Spirit – Nyaris setiap tahun daratan di pesisir Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya terkikis oleh abrasi. Jangankan wisatawan dari berbagai daerah, warga setempat saja khawatir dengan kondisi yang ada, bahkan selalu di hantui rasa takut dengan abrasi yang terus terjadi.
Dikatakan warga Desa Cemarajaya, Darsa (53), sebelum diserang abrasi, Desa Cemarajaya memiliki pantai yang sering dikunjungi wisatawan, yaitu Pantai Pisangan. Menjadi salahsatu pilihan masyarakat Karawang bahkan luar Karawang untuk berwisata.
Jika pada tahun 1980, jarak antara rumah warga ke pantai, butuh waktu setengah jam berjalan kaki, saat ini air laut sudah berada tepat di belakang pintu rumah warga.
“Setahun hampir satu sampai dua meter daratan yang terkikis oleh abrasi. Dulu saya mau ke pantai itu butuh waktu satu jam untuk bolak-balik dari rumah ke pantai. Sekarang, air laut sudah bisa terlihat saat saya buka pintu belakang,” ucap Darsa.
Selain itu, di depan kantor Desa Cemarajaya ke pantai itu juga lumayan jauh. Pada tahun 2018, setelah jalan di depan kantor desa masih ada pasir dan daratan yang cukup luas, sekitar 10-20 meter. Bahkan bisa digunakan untuk beberapa kegiatan, seperti mancing maupun aktifitas lainnya.
Tapi saat ini bisa dilihat langsung, jalannya saja sudah rusak. Bahkan sebagian badan jalan sudah ada yang amblas akibat tidak ada penahan, serta pasir dibawahnya pun habis tergerus abrasi.
“Sebagian badan jalan amblaa, soalnya pasir di bawahnya habis terkikis abrasi, jangankan kendaraan roda empat, roda dua saja kesulitan untuk bisa melewatinya,” terang Darsa.
Meski begitu, belum ada lagi upaya pemerintah bagi masyarakat untuk melakukan perbaikan setelah menerjunkan bebatuan penahan gelombang. Karena bebatuan penahan gelombang yang sudah dipasang sejak dua tahun ke belakang pun mulai banyak yang pindah posisi.
Hal senada dikatakan Kepala Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Yonglim Supardi. Menurutnya, pemerintah tidak mengambil langkah tegas, sudah dapat dipastikan warga Desa Cemarajaya, khsusunya mereka yang tinggal di tepian pantai akan kerepotan menghadapi alam.
Bukan saja rumah yang berada satu blok dengan rumah Darsa, bahkan rumah miliknya pun bisa saja tergerus oleh abrasi dalam waktu tiga atau lima tahun ke depan. Untuk itu, butuh langkah yang konkrit dari pemerintah bagi masyarakat Desa Cemarajaya.
“Kalau tidak secepatnya ditanggulangi, repot warga,” terangnya.
Sementara di tepian pantai Cilebar, Tempuran, Cilamaya Kulon dan Kecamatan Cilamaya Wetan, tak banyak perubahan kondisi daratan meskipun berada di laut yang sama, bahkan dengan serangan abrasi yang sama juga.
Berbeda dengan kondisi di patai Cemarajaya yang sangat signifikan perubahannya, artinya di nilai paling parah menerima gelombang abrasi, hingga daratan pun di gilas sekitar 2 sampai 3 meter pertahun. (ist/dar)