CILAMAYA WETAN, Spirit – Kondisi Pasar Tradisional Cilamaya semakin hari semakin semrawut dan tampak makin kumuh. Terlebih lagi, keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) membuat lingkungan pasar semakin acak-acakan. Kondisi tersebut dikeluhkan masyarakat, para pedagang pasar dan pengguna jalan baik pengendara sepeda motor, mobil maupun pejalan kaki.
Salah seorang pengurus Karang Taruna Desa Cilamaya, Ismail Marzuki mengatakan, Pasar Cilamaya sudah seharusnya direvitalisasi. Lantaran, saat ini para pedagang dan pengunjung sudahj tak lagi merasa nyaman.
“Pasar Cilamaya sudah tidak layak dan juga sangat kumuh. Apalagi para PKL mengganggu arus lalu lintas karena berjualan seenaknya. Bahkan lapaknya sampai di bahu jalan. Belum lagi tumpukan sampah dan tersumbatnya saluran air, kerap menimbulkan banjir dan becek,” katanya, Rabu (2/6).
Menurutnya, dari tahun ketahun jumlah PKL semakin bertambah tanpa ada penataan dan penertiban dari pengelola pasar. Sehingga, lambat laun, kata dia, PKL semakin sulit diatur meskipun telah memanfaatkan akses jalan public untuk berdagang.
“Sepertinya terkesan dibiarkan. PKL menjadi momok menakutkan bagi pengguna jalan khususnya pengendara mobil. Saat melintas di pertigaan depan pasar harus super hati-hati khawatir lapak pedagang menggores mobil. Aapalgi, pejalan kaki sudah tidak bisa memanfaatkan trotoar, karena sudah habis digunakan tempat jualan PKL. Anehnya, pengelola pasar diam saja. Bahkan, kabarnya juga jarang ngantor di pasar,” kata pengurus Ormas AMS tersebut.
Untuk mewujudkan ketertiban pasar dan kenyamanan pengunjung, lanjutnya, revitalisasi Pasar cilamaya tak bisa ditunda lagi. Meskipun sebelumnya santer dikabarkan Pemkab Karawang akan membangun pasar baru, namun sampai saat ini, kabar tersebut hanya isapan jempol. Padahal para pedagang sudah menyatakan kesiapannya untuk direlokasi sementara, apabila pasar memang direvitalisasi.
“Jelasnya, para pedagang toko sudah siap bila rencana pembangunan pasar dimulai. Karena mereka beranggapan, pasar yang baik adalah pasar yang infrastrukturnya lengkap, tersedia Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS), serta adanya saluran air dan drainase agar tidak becek bahkan banjir saat musim hujan,” katanya menegaskan.
Seperti yang diutarakan Endang (40) salah seorang pedang klontongan. Dirinya mengatakan, saat ini para pedagang siap dipindahkan bila pembangunan pasar akan dilaksanakan.
“Kami siap dan menyadari tentang hal itu. Bila sudah waktunya dibangun mau dan tidak pasti dilaksanakan. Jadi buat apa harus menentang, mending ikuti biar aman dan nyaman,” ujarnya. (wan)
