KARAWANG, Spirit – Belum miliki gedung sendiri, Sekolah Luar Biasa (SLB) Cahaya Bangsa yang memiliki siswa dari lima kecamatan ini masih menumpang di gedung Sekolah Dasar Negeri (SDN) Telukbango IV, Kecamatan Batujaya. Senasib dengan beberapa sekolah di Kecamatan Rengasdengklok, SLB tersebut pun terpaksa menghentikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) nya karena air telah menggenangi halaman SLB Cahaya Bangsa hingga masuk ke dalam ruang kelas, semenjak Jumat 21 Februari lalu, Hal tersebut diungkapkan Kepala SLB Cahaya Bangsa, Yayasan Bina Bhakti Sosial, Abdul Rozak kepada awak media, Selasa (25/2/2020).
“Karena luapan air irigasi yang melintas dekat sekolah ditambah intensitas hujan yang tinggi dan tak adanya saluran pembuangan atau drainase yang baik, sejak Jumat kemarin pun air sudah masuk ke dalam ruang kelas setinggi 30 cm, ditambah hujan hari Sabtu malam, saat ini ketinggian air di dalam ruang kelas sudah mencapai 60 cm, hari ini masih hujan dan kemungkinan ketinggian air bertambah,” jelas Rozak.
Ia pun mengaku terpaksa menghentikan KBM untuk sementara waktu, meski pada hari Jumat lalu murid telah datang ke sekolah. Dan dirinya belum bisa memastikan sampai kapan KBM bisa berjalan kembali.
“SLB Cahaya Bangsa ini menampung siswa berkebutuhan khusus seperti Tunagrahita (keterbelakangan mental), Down Syndrome (kelainan genetik), Difabel (keterbatasan diri), Tunarungu (gangguan pendengaran), dan Tunawicara (bisu), dari lima kecamatan, dari Kecamatan Rengasdengklok, Tirtajaya, Jayakerta, Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya. Murni seluruh siswa tak di pungut biaya apapun atau Gratis,” ungkapnya.
Butuh Perhatian Pemkab Karawang
Rozak pun menyayangkan, dengan Musrenbang tingkat kabupaten yang bertema Musrenbang Perspektif Gender (Perempuan, Anak, dan Penyandang Disabilitas), yang katanya sebagai strategi perencanaan pembangunan Kabupaten Karawang 2021 menuju pembangunan yang adil dan merata untuk semua, baru-baru ini, Kamis 20 Februari lalu yang digelar tanpa ada satu pun perwakilan dari SLB inklusif (komunitas kepala dan guru SLB kabupaten Karawang) untuk bisa menyampaikan aspirasi mereka.
“Kalau saya pribadi tidak ada undangan maupun pemberitahuan, ngga tau kalau yang posisinya di Kota mah. Kecewa sih,” keluhnya.
Dengan kondisi tak memungut biaya dari para siswanya dan kenyataan masih menumpang, Rozak mengaku telah mengajukan untuk mendapat bantuan pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat.
“Dengan syarat memiliki lahan minimal 500 meter, kita baru punya tanah waqaf seluas 256 meter, alhasil sampai saat ini kita belum memiliki gedung sendiri. Berharap Pemkab Karawang lebih memperhatikan pendidikan para penyandang disabilitas seperti SLB Cahaya Bangsa ini. Karena pada dasarnya kita memiliki hak yang sama,” pungkasnya.
Diketahui SLB tipe B-C yang berdiri tahun 2018, memiliki 14 tenaga pengajar sukarela dan 2 tenaga asisten pembantu. SLB Cahaya Bangsa yang tengah dalam proses di Dinas Pendidikan Provinsi Jabar untuk ijin operasionalnya ini memiliki 40 siswa dari 5 kecamatan. (dar)