KARAWANG, Spirit – PT Pertamina akui adanya kebocoran (well Kick) pada sumur YYA-1 yang menyebabkan munculnya gelembung di sekitar YYA Platform Pertamina Hulu Energi Offshore Borth West Java (ONWJ), sejak 12 Juli 2019 pukul 01.30 WIB.
Vice Presiden Coorporate Comunication Pertamina, Fajriyah Usman, mengatakan, menanggulangi hal itu, Pertamina melakukan sejumlah langkah agar dampak kebocoran tidak terus meluas.
Dikatakan Fajriyah, gelembung muncul sekitar 2 km dari lepas pantai Utara Jawa. PHE ONWJ langsung mengaktifkan Incident Management Team (IMT) untuk menanggulangi kejadian tersebut.
“PHE ONWJ juga telah melakukan sterilisasi untuk pengamanan di sekitar lokasi kejadian dengan menggunakan Kapal Patroli Keamanan.
PHE ONWJ berkoordinasi dengan SKK Migas, Ditjen Migas dan instansi terkait dalam penanganan insiden tersebut, hingga saat ini kami laporkan kondisi terkendali,” kata Fajriyah.
Selain menerjunkan tim ahli mengerahkan sumber daya terbaiknya untuk penanganan peristiwa
yang terjadi, Pertamina juga melibatkan masyarakat sekitar lokasi kejadian untuk melakukan pembersihan dampak kebocoran.
“Penanganan dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak yang credible,
competent dan memiliki proven experience dalam menangani case yg sama. Salah satunya adalah Boot
& Coots, perusahaan asal US yang telah memiliki proven experience dalam menyelesaikan peristiwa di
Gulf Mecixo,”katanya.
Untuk penanganan risiko pencemaran lingkungan, Pertamina group telah memobilisasi 27 kapal dan 12 set Oil Boom. Selain itu, untuk menjaga agar tidak ada aktifitas nelayan di sekitar lokasi,
Pertamina dan PHE ONWJ bekerja sama dengan TNI AL, Satpolairud, dan Pokwasmas, mengerahkan 7
unit kapal Patroli. Seluruh upaya tersebut sebagai komitmen dan keseriusan Pertamina dalam mengatasi peristiwa di sumur migas lepas pantau tersebut baik dari aspek operasional maupun lingkungan hidup.
“Prioritas utama adalah memastikan keselamatan tim dan masyarakat, serta menyelesaikan permasalahan lingkungan,” ujar Fajriyah.
Lebih lanjut, Fajriyah menjelaskan bahwa Pertamina dan PHE ONWJ juga terus melakukan komunikasi
dan koordinasi yang intensif dengan berbagai pihak seperti SKK Migas, Kementerian ESDM, Kementerian
LHK, Pemerintah Daerah, Dinas Lingkungan Hidup Daerah, TNI dan Kepolisian, Ditjen Perhubungan Laut,
KSOP, KKP, Pushidros AL, KKKS dan berbagai instansi lainnya. Bahkan beberapa pihak tersebut juga telah
melakukan peninjauan untuk memonitor situasi terkini.
“Pertamina mengucapkan terima kasih atas dukungan positif yang diberikan dari semua pihak, baik dari
komunitas industri migas, pemerintah maupun masyarakat. Dukungan ini memperkuat upaya maksimal
kita sehingga dapat memperkecil dampak peristiwa ini bagi operasi perusahaan maupun masyarakat dan
lingkungan,” kata Fajriyah .
Sebelumnya, Pertamina telah menyampaikan bahwa dari sejak awal peristiwa langsung menjalankan
emergency response, sehingga semua pekerja yang berada di anjungan tersebut langsung dievakuasi. Di
waktu yang sama, juga melakukan isolasi dan pengamanan area sekitar anjungan dengan kapal patroli
untuk mencegah nelayan dan masyarakat mendekat.
24 Jam Penyelamatan
Selain penanganan operasi, Pertamina melalui Emergency Response Tim PHE ONWJ selama 24 jam tanpa henti telah melakukan langkah penyelamatan lingkungan dari oil spill dengan pengerahan sekitar 27 kapal dan berbagai peralatan yang mendukung seperti oil boom dan puluhan drum dispersant.
Bahkan bersama dengan warga Desa Sedari, Karawang, Jawa Barat melakukan kegiatan bersih-bersih
Pantai Sedari. “Pertamina terus memantau perkembangannya dan melakukan tindakan penyelamatan
lingkungan sesuai dengan kondisi di lapangan,” tutupnya.(dit/dar)