Asiknya Ngabuburit di Bendungan Barugbug

JATISARI, Spirit

Jelang berbuka puasa, identik dengan ngabuburit yang dilakukan oleh warga masyarakat, biasanya lokasi  ngabuburit  jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal mereka yang bisa di jangkau dalam waktu 10 hingga 15 menit, agar tidak melebihi saat berbuka puasa.

Bendungan Barugbug yang dibangun pada tahun 1946 menyimpan nilai historis sejarah bagi pengairan teknis untuk pertanian disekitar Kecamatan Jatisari, lokasi ini tak luput dari obyek lokasi ngabuburit, selain jaraknya tidak jauh dari kota, Kecamatan Jatisari.

Dilokasi bendungan tersebut, banyak warga setempat yang berjualan jajanan untuk keperluan berbuka puasa, hingga tak sedikit warga yang hendak pulang dari ngabuburit membeli jajanan minuman atau makanan untuk berbuka puasa.

“Ya, saya bersama istri senang menuju lokasi ini, untuk ngabuburit, sekedar mencari suasana baru lah, Bendungan Barugbug ini memiliki nilai historis yang istimewa mas, untuk kepentingan pertanian di Kecamatan Jatisariselain kontruksinya bagus dan kokoh tak lekang oleh waktu,” terang Andri Kepada Spirit Jawa Barat, baru-baru ini.

Diakui Andri, bukan baru tahun ini lokasi Bendungan Barugbug jadi objek ngabuburit, akan tetapi sejak puluhan tahun lalu bahkan sejak dirinya masih kecil. Di lokasi Bendungan banyak yang mengunjungi pada saat yang sama padahal dulu jalannya belum bagus seperti sekarang.

Seingatnya, dari dulu Bendungan tersebut sudah jadi objek tujuan orang yang ngabuburit, jalannya masih belum bagus seperti sekarang, hingga tak heran jika warga yang datang untuk ngabuburit ke Bendung Barugbug ini.

“Sekarangkan Jalannya sudah di Cor beton oleh Pemerintah. Dulu mah jalannya masih belum bagus saja, tetapi mereka tetap berkunjung ke sini untuk ngabuburit,” katanya.

Hanya sekarang, sambung Andri, kondisi Bendungan Barugbug butuh pemeliharaan karena kondisinya bekas longsor.

“Jadi kesannya kurang mendapat perhatian dari pihak yang terkait, padahal Bendungan Barugbug ini sebaiknya selalu terpelihara dengan baik sesuai dengan manfaatnya bagi para petani,” tukasnya.

Lain halnya dengan Sopiah (36) yang tengah sibuk melayani pembeli Es Kelapa yang di jualnya, di bulan Ramadhan ini dirasakannya membawa berkah tersendiri. Sebab, sejak dua hari puasa ini jualannya cukup laris hingga  menghabiskan 35 butir kelapa, padahal kelapanya tidak dijual satuan.

“Saya menjual hanya ukuran pergelas besar dengan harga Rp 4000 perkantong plastik seukuran gelas besar, omset penjualan hingga 120 kantong bahkan lebih,” jelasnya. (not)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *