SEOLAH isyarat jangan dulu berbangga dengan banyak industri di Karawang disampaikan Asisten Daerah II Pemprov Jawa Barat Deny Juanda Puradireja. Seperti dirilis harian ini Kamis (25/2), Deny mengatakan, pesatnya perkembangan industri di Kabupaten Karawang membuat laju lalu lintas perpindahan penduduk tak terkendali. Membludaknya imigran dari berbagai daerah ternyata memberi efek ekonomi yang timpang. Sebab di samping banyaknya perusahaan, angka kemiskinan malah semakin meningkat. “Ketimpangan ini menjadi ironi. Saya mengira dengan melihat Kabupaten Karawang sekarang tidak akan ada yang miskin. Tapi ternyata banyak dan itu tidak sebanding. Karena skenarionya, kalau perusahaan banyak maka kemiskinan semestinya rendah,” ujar Deny, usai meresmikan Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami) Grand Sentraland, Rabu (24/2).
Terhadap apa yang diungkapkan Asda II Pemprov Jabar, bisa saja menimbulkan beragam tanggapan atau boleh jadi ada yang pro dan kontra. Bagi yang setuju atas pendapat tersebut, karena seringkali terungkap, warga Karawang yang miskin tidak bisa dipungkiri masih ada. Persoalan konflik social, penyakit masyarakat, dan kondisi negatif lain antara lain karena dampak dari kemiskinan. Tingginya angka perceraian umpamanya, di Karawang salah satunya disumbang oleh kondisi ekonomi sebuah keluarga yang morat-marit. Demikian pula dengan merebaknya aksi kriminalitas, bahkan kasus bunuh diri juga kerap dilatari ketidakmampuan secara ekonomi. Ini artinya pertumbutuhan industri belum sepenuhnya menjadi gerbong pembawa kesejahteraan.
Bagi yang tidak setuju akan pendapat itu bisa memperlihatkan tentang dampak positif dari munculnya kawasan dan zona industri. Industri properti tumbuh di mana-mana. Kawasan Karawang yang dulu hanya hamparan lahan pertanian yang sepi, kini menjelma menjadi kawasan bisnis yang sibuk. Artinya di situ ada perkembangan yang signifikan yang tidak bisa disangkal bahwa Karawang prospektif. Kalaupun ada warga setempat yang masih hanya menjadi penonton, jangan salahkan industrinya, tetapi aspek kompetensi pada sebagian warga Karawang yang masih perlu ditingkatkan. Artinya kehadiran industtri tetap membawa pada perubahan yang lebih baik.
Tentang dua pendapat yang kontradiktif di atas hanyalah perkiraan saja. Akan tetapi apa yang dikemukakan Deny Juanda jangan pula dianggap sebagai angin lalu apalagi dengan sikap sinis. Seharusnya kita jadikan pernyataan tersebut sebagai sebuah cermin untuk mawas diri. Kita yakin kapastitas Asda II Pemprov Jabar berbicara bukan asal bunyi, tetapi ada dasar yang sudah dipertimbangkan. Terlebih dia pernah menduduki jabatan Kepala Bappeda Jabar, yang dipastikan bicara selalu atas data.
Pendeknya, masukan yang disampaikan Deny Juanda juga sebagai suplemen untuk lebih memacu pasangan pimpinan Karawang yang baru untuk menyelesaikan program atas janji kampanyenya. Pasangan itu dalam kampanyenya mengungkapkan akan segera bekerja dan bekerja meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pendidikan, dan mengentaskan kemiskinan. Ini artinya bahwa kemiskinan diakui masih ada dan perlu segera dibereskan. Kita sangat ingin melihat realisasinya sebagai jawaban atas pertanyaan mengenai kemiskinan.***