BEKASI, Spirit – Pabrik Delta Djakarta yang terletak di Inspeksi Kalimalang Bekasi Timur perbatasan Kota Bekasi dan kabupaten sering dikeluhkan warga sekitar. Pasalnya cerobong pabrik produsen minuman beralkohol dan soda menyebarkan asap fermentasi yang baunya tidak sedap, sehingga banyak warga yang merasa sesak nafas saat menghirupnya. Bahkan, penyebaran asapnya sampai ke arah Jalan Juanda Bekasi Timur.
Nursalim salah seorang warga di RT 06 RW 07 Inspeksi Kalimalang merasa tak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi itu. “Setiap malam dari cerobong pabrik bir menyembur asap putih tebal lama-lama berbau sangat menyengat seperti bau tape singkong. Bahkan kemarin Selasa (14/6) siang-siang meskipun bulan Ramadan tetap memproduksi. Terang saja bau polusinya mengganggu kita yang sedang ibadah puasa,” ujar Nursalim pada Spirit Jawa Barat, Selasa (14/6).
Polusi yang ditimbulkan dari cerobong, menurut Nursalim benar-benar menyengat saat menghirup udara di sekitar pabrik PT Delta Djakarta. “Karena asap yang keluar sekitar jam 15.00 WIB tadi (Selasa, 14/6) menyebar bau semacam bau ragi. Sepertinya proses produksinya terus berjalan siang hari sementara dari cerobong akan sangat terlihat malam hari dari jam 23.00 WIB. Polusi udara tebal dari cerobong pabrik bir itulah yang menimbulkan bau hingga radius beberapa kilometer,” terang Nursalim.
Terkait dengan hal tersebut dirinya pernah melayangan surat kepada pihak PT Delta Djakarta namun tak berbalas. “Dulu saat booming produksi minuman bir bahkan lebih parah polusi yang ditimbulkan sampai sesak napas sekali rasanya, baunya ya sama seperti rendaman tape singkong dan baunya kemana-mana,” ungkap Nursalim yang juga seorang karyawan swasta berkantor di Tanjung Priuk.
Pantauan Spirit Jawa Barat di lapangan ternyata PT Delta Djakarta pada siang harinya seringkali terlihat cukup “aman”. Penampakan dari pabrik produsen Anker Bir, Anker Stout, Carlsberg, San Miguel, dan Kuda Putih yang juga menjadi salah satu pemain dalam industri minuman non-alkohol dengan merk Sodaku tersebut jika siang hari terkesan menjadi “anak mami” dan tidak melakukan pencemaran udara.
Namun saat dilihat secara detail sesungguhnya cerobong asap mengurai uap berwarna kusam menebar polusi udara. Apalagi saat malam hari mulai pukul 23.00 WIB para pengguna jalan raya yang melintasi sekitar pabrik bir pasti mencium bau fermentasi bahan baku bir.
Menurut salah seorang praktisi sosial, Samudera Putera menyikapi dengan acuan regulasi. “Uji baku mutu udara pasti akan dilakukan jika ada keluhan terkait proses produksi. Dan selanjutnya jika sudah melewati ambang batas akan dikenai sebagai pelanggaran Undang Undang 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup dengan dampaknya,” terang Samudera Putra.
Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) untuk pengawasan kelestarian lingkungan, lanjut Samudera menjadi faktor pelaku bisnis tak care pada sekitar. “Bayangkan hanya ada sembilan orang SDM dan mereka harus mengawasi sekitar 4.600 industri, maka saya setuju kalau data dari media massa juga bisa dijadikan bahan rujukan dan acuan tindak antisipasi sebelum jadi bom waktu polusi,” tegas Samudera.
Bahkan perlu pula dipertanyakan ijin peruntukan. Zona lokasi seharusnya menjadi pedoman bagi perusahaan yang menjalankan bisnisnya agar supaya masing-masing saling bersimbiosis mutualisma. (kos)