KARAWANG, Spirit
Menjelang perayaan hari raya Imlek 2567 tahun 2016 yang bertepatan dengan hari Senin tanggal 8 Februari, umat Buddha, Konghucu dan masyarakat Tionghoa tengah melekukan berbagai kegiatan. Tak ayal lagi, dibeberapa sudut Kota Karawang, pernak-pernik imlek mulai terlihat, seperti yang ada di jalan Tuparev. Di sepanjang jalan protokol tersebut, lampion membentang menghiasi di atas jalan.
Berdasarkan kalender penanggalan Tionghoa, Imlek 2016 adalah tahun 2567 dengan unsur shio ‘Monyet Api’. Seperti warga keturunan Tionghoa di daerah lainnya, masyarakat Tionghoa di Kota Pangkal Perjuangan juga merayakan tahun baru yang menjadi bagian tradisi leluhur mereka.
“Umat Buddha, Konghucu dan masyarakat Tionghoa akan mengadakan persembahyang di Klenteng dan Vihara masing-masing pada tanggal 7 Februari malam hingga pukul 24.00 Wib. Kemudian tanggal 8, akan bersilaturrahmi ke keluarganya masing-masing,” ungkap Ketua Panitia Perayaan Imlek Karawang, Natala Sumedha kepada Spirit Karawang, Kamis (3/2).
Dikatakannya, pada waktu sebelumnya, masyarakat Tionghoa telah melakukan berbagai kegiatan ritual dan sosial untuk masyarakat. “Pada hari Minggu lalu (31/1) kami melakukan pembagian sembako sekaligus pembersihan rupang atau patung dewa dan dewi. Pemandian tersebut dalam ritual penyambut seluruh dewa dan dewi naik ke langit,” terangnya.
Diceritakan Natala, perayaan imlek yang digelar di negara China, berlangsung hingga 15 hari yang biasa diperingati sebagai hari Cap Go Meh.
Untuk di Karawang, lanjut Ketua Komisi C DPRD ini, Cap Go Meh akan dirayakan pada tanggal 28 Februari. Perayaan pada tahun ini, kata dia, merupakan perayaan yang diselenggarakan ke 17 kali.
“Selama kurun waktu 17 tahun berturut-turut kita telah menyelenggarakan perayaan Cap Go Meh. Pada tahun ini kegiatan akan dipusatkan di 2 klenteng utama yaitu Bio Tjou Soe Kong dan Bio Hiap Thian Kong yang terletak di jalan Ir Juanda atau Tuparev,” tandasnya.
Acara Cap Go meh, menurutnya merupakan acara ruwat bumi, sebagai bentuk mensyukuri segala apa yang telah dinikmati, sekaligus ungkapan rasa syukur, Kota Karawang sebagai lumbung padi nasional, dengan harapan para petaninya diberikan kemudahan dalam bercocok tanam.
Dalam acara tersebut, pihaknya mengaku akan kembali menggelar kirab budaya dengan mengundang tamu dari berbagai daerah. Kirab budaya digelar, kata dia merupakan bentuk partisipasi melestarikan sekaligus mengkolaborasikan budaya yang ada. Pasalnya, hadirnya budaya merupakan salah satu cara menjaga toleransi beragama.
“Kami berharap tahun ini, tamu dari luar kota bisa hadir lebih banyak untuk meningkatkan kunjungan wisatawan lokal, sehingga menambah PAD. Motto yang kami usung “Ayo Datang ke Karawang, Disini Anda Bisa Melihat Toleransi Beragama”, pungkasnya. (top)