Oleh: Dr. Ruslan Abdul Gani, M.Pd (Dosen Universitas Singaperbangsa Karawang)
KUALITAS fisik, teknik, taktik dan mental menjadi penunjang dalam pencapaian prestasi atlet tetapi dientukan juga oleh letak geografis wilayahnya, seorang atlit akan memiliki kemampuan Vo2Max yang bagus didapat dari lokasi latihannya pada dataran tinggi dibandingkan pada latihan pada dataran rendah, dikarenakan adanya peningkatan massa sel darah merah (hemoglobin) dan mengubah metabolisme otot ini sangat mempengaruhi penampilan atlit saat bertanding. Dengan latihan pada ketinggian ini atau dalam dunia olahraga di sebut dengan metode latihan HAT ( High Altitude Training) ialah latihan yang dilaksanakan atlet pada ketinggian tertentu biasanya diatas ketinggian 2000 meter. Berlatih pada ketinggian akan memberikan manfaat yang bagus bagi atlet dan ini akan bertahan selama beberapa minggu disaat kita kembali ke dataran rendah. Produksi sel darah merah akan meningkat ke batas maksimal dalm kurun waktu 24-48 jam saat kita tiba di dataran tinggi. Menurut penelitian terhadap atlet elit menunjukan adanya peningkatan 1% per minggu saaat mereka berada di dataran tinggi. Penelitian lebih lanjut pada non elit atlet yang memiliki tingkat hemoglobin rendah dari awal akan mengalami peningkatan lebih besar dan cepat dibanding atlet elit. Saat atlet bertanding pada dataran rendah sel darah merah (hemoglobin) yang dimiliki atlet masih tinggi dengan begitu akan mudah mengikat oksigen, dan endurance atlet akan meningkat. Penelitian lanjutan dengan latihan Metode HAT juga merangsang penggunaan oksigen lebih efisien pada otot, sehingga kekuatan( Stength) atlet juga meningkat.
Biasanya para atlet yang latihannya didataran rendah akan sangat kesulitan saat pertandingnnya di laksanakan di tempat yang dingin atau dataran tinggi karena asupan oksigen yang tipis, menjadikan atlit yang latihan didataran rendah banyak yang merasa sesak nafasnya, namun apabila atlitnya latihan di dataran tinggi saat bertanding pada dataran rendah tidak akan menemukan masalah pada kondisi tubuhnya atlet tidak akan merasa kesulitan hanya saja merasa kepanasan. Kondisi seperti ini pelatih harus melakukan penyesuaian kondisi wilayah atau yang dinamakan dengan aklimatisasi artinya penyesuaian atau adaptasi pada lokasi pertandingan. Proses aklimatisasi ini dilakukan minimal 3 bulan sebelum hari pertandingan agar atlit mampu menyesuaikan diri dengan suhu, lingkungan dan karakteristik wilayahnya. Fakta yang terjadi dilapangan para pelatih kesulitan dalam menjalankan program aklimatisasi ini karena terkendala oleh anggaran yang diberikan pengurus cabang olahraga yang terbatas, yang akhirnya penampilan atlitnya jadi tidak optimal saat bertanding, karena proses aklimatisanya hanya beberapa hari menjelang pertandingan.
Metode HAT ini sekarang ini banyak dilakukan oleh cabang olahraga karena mampu memberikan dampak yang bagus bagi kondisi fisik atlet. Jadi bagi provinsi di indonesia yang memiliki wilayah dataran tinggi dapat memusatkan latihannya pada daerah tersebut. Pemusatan latihan atlet harus terpusat, artinya sarana prasarana latihan, laboratorium olahraga, rumah sakit khusus atlet itu harus dalam satu komplek agar mudah memonitoring dan memudahkan akses koordinasi antar cabang olahraga dan pengelola kompleks Training Center yang dibangun pada daerah dataran tinggi atau kondisi suhunya dingin. Pemerintah pusat dan daerah harus secara bersama-sama serius membangun infrastruktur pembangunan olahraga dari mulai tingkat bawah sampai pusat supaya adanya program pembinaan olahraga yang berkesinambungan dan berkelanjutan.
Fakta yang terjadi di negara kita ini pemerintah pusat dan daerah kurang serius memberikan apa yang dibutuhkan pelatih cabang olahraga, pelatih cabang olahraga tahu betul apa yang harus dilakukan, para pelatih tidak akan mungkin memberikan program latihan yang tidak ada tujuan pasti di setiap sesi latihannya setiap program yang dijalankan bertujuan, karena pelatih punya program latihan dimasing-masing cabang olahraganya sesuai dengan karakteristik cabang olahraga.
Program latihan tersebut dinamakan periodisasi latihan tahunan, jadi pelatih harus membuat periodisai latihan cabang olahraganya agar dalam melatih sesuai dengan fase-fase nya. Fase-fase tersebut ialah;
1. Fase Persiapan (fase persiapan umum dan fase persiapan khusus). Fase persiapan umum kisaran 27 minggu dan persiapan khusus 10 minggu
2. fase kompetisi (fase Pra-Kompetisi dan kompetisi utama). Fase Pra kompetisi 10 Minggu dan kompetisi utama 4 minggu
3. Fase transisi (fase pemulihan). Fase transisi 3 minggu.
Ketiga fase tersebut disesuaikan dengan kebutuhan cabornya jadi tidak baku, disinilah seninya dalam membuat program latihan pada atlet, pelatih harus kreatif, inovatif dalam membuat program latihan agar tujuan prestasi atlet tercapai. Pelatih harus terus mengikuti seminar, workshop dan coaching clinic terkait cabor yang digelutinya agar memperoleh ilmu kepelatihan baru yang bisa diterapkan pada atletnya agar performa atlit lebih bagus, harus dikombinasikan antara pemahaman latihan tradisional dengan pemahaman latihan modern sekarang ini.
Periodisasi latihan ini apabila diterapkan pada atletnya dengan latihan pada dataran tinggi dengan metode HAT saya yakin kondisi fisik atlet akan bagus. Untuk memelihara kondisi fisik dan prestasi pada atlet harus didampingi juga oleh tim psikologi agar atlet tidak turun performanya, karena harapan pelatih, pengurus cabang olahraga KONI dan pemerintah adalah konsistensi mempertahankan prestasi pada atlet disetiap event yang diikutinya dengan memperoleh juara. Jadi Metode HAT ini merupakan solusi dalam meningkatkan performa atlet. (*)