KABUPATEN BEKASI, Spirit Jawa Barat
Di Kabupaten Bekasi, tari topeng nyaris punah, bak tertelan bumi. Banyak orang yang sudah tak mengingat bahwa tarian tersebutlah yang mempersatukan masyarakat Indonesia pada zaman penjajahan yang dilakukan Belanda. Mengenal budaya tersebut, ada yang mengartikan tari topeng adalah visualisasi gerak, yang dibuat nenek moyang tanpa melalui konsep. Ada pengaruh budaya Sunda, namun memiliki ciri khasnya berupa selancar. Para penarinya menggunakan topeng yang mirip dengan Topeng Banjet Karawang Jawa Barat, namun dalam Topeng Betawi memakai bahasa Betawi.
Dalam Topeng Betawi sendiri ada tiga unsur, yakni musik, tari dan teater. Tarian inilah yang disebut tari topeng. Salah seorang tokoh seniman sekaligus Pimpinan Seni Topeng Betawi, Mekar Muda yang terletak di Kampung Bungur Raya, Desa Sukamulya, Kecamatan Sukatani, Udin Kaget memaparkan Tarian Topeng Betawi bermula di Jakarta dan sekitarnya (Batavia en Ommelanden).
Kata dia, tarian tersebut untuk menghibur Kolonial Belanda kala itu. Ditegaskan dari beberapa pendapat para tokoh Tari Betawi, secara teknis pada zaman itu sangat panjang proses merekrut penari dan penabuh (pemain alat musik). Ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon penari Topeng Betawi agar dapat menghasilkan gerak yang tepat dan benar demi terwujudnya kesatuan gerak tubuh yang estetis dan harmonis yakni, gandes (luwes), ajar (ceria) dan lincah tanpa beban sewaktu menari.
“Sangat panjang untuk merekrut penari dan penahuhnya. Saya rasa, di Kabupaten Bekasi sudah tidak ada sikap pemerhatian untuk ke pengembangan tari topeng ini. Mungkin pemerintah Kabupaten Bekasi sudah terlalu sibuk, sehingga kesenian ini akan berakhir di sini. Meski begitu, saya dengan perkumpulan Tari Topeng Mekar Muda akan terus mempertahankan kesenian ini,” kata Udin.
Agar lebih mengenal erat Tarian Topeng, lanjut Udin, pihaknya berulang kali mengundang anak-anak muda untuk menonton pertunjukan seni tersebut. Tontonan tersebut sama sekali tidak dipungut biaya alis gratis. Dirinya dengan suka rela mempertunjukkan dengan timnya. Maksud dan tujuannya, pertunjukkan itu digelar agar pemuda-pemudi sekitar mengenal seni tersebut, dan tidak mengalami pengikisan budaya.
“Tari Topeng yang dahulu gemar ditontonkan, dicontohkan lalu saat ini bak tertelan bumi penyebabnya adalah Pemerintah Kabupaten Bekasi yang tidak pro aktif merawat budaya. Untuk apa ada dinas yang dikhususkan memberi perhatian tapi nyatanya tidak ada perhatian sama sekali,” cetus dia.
Meski begitu, Imbuh Udin, pihaknya terus menjelaskan. Setidaknya dari dimuatnya di Spirit Jawa Barat, pemuda dan pemudi mulai mengenal serta tertarik dengan budayanya sendiri. Karena seni tersebut pada jaman dahulunya banyak ketentuan-ketentuan lain yang harus dipenuhi sewaktu menarikan topeng Betawi, yakni mendek, dongko, ngengkreg, madep, megar, ngepang dan lain-lain. Artinya, kata dia, jika tertarik dengan kesenian Tari Topeng, pihaknya menganjurkan agar mengenal lebih dekat kesenian tersebut.
“Mari bersama-sama untuk belajar menjaga kebudayaan kesenian. Kita harus menjaga. Memang lebih sulit menjaga ketimbang memunculkan. Tapi kita harus gigih menjaganya, agar yang sudah dimunculkan atau diciptakan tetap utuh,” tandasnya.
Perlu diketahui, dalam perkembangannya kini tari Topeng Betawi muncul sebagai pertunjukan tersendiri, kemudian dikenal sekarang macam-macam tari Topeng Betawi yaitu, Tari Lipet Gandes,Tari Topeng Tunggal,Tari Enjot-enjotan, Tari Gegot, Tari Topeng Cantik, Tari Topeng Putri, Tari Topeng Ekspresi, dan Tari Kang Aji. (ist)