KARAWANG, Spirit
Selama kurun satu bulan terakhir, penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di dataran tinggi Karawang, Jawa Barat terus meningkat. Kawasan pegunungan yang berada di bagian Selatan Karawang berada di Kecamatan Tegalwaru dengan cakupan wilayah administrasi 9 desa.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, angka DBD terus semakin tinggi, dan di Tahun 2015 ini angka DBD dinilai paling besar. Dalam waktu satu bulan terakhir UPTD Puskesmas Kecamatan Tegalwaru telah menangani 62 pasien diduga telah menderita DBD. “Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini merupakan yang paling banyak,” ungkap petugas Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) UPTD Puskesmas, setempat, Ahmad Bunaji, Sabtu (23/1).
Kecamatan Tegalwaru sendiri berada di ketinggian 700 mdpl sampai 1200 mdpl. Sehingga daerah dengan bukit dan pegunungan jenis hutan ini menjadi salah satu lokasi penularan DBD terbesar saat ini. “Kalau dulu hanya 3 sampai 4 pasien yang diduga mengalami DBD. Kemungkinan nyamuk tersebut bertelur diair-air seperti potongan bambu, soalnya ada beberapa daerah yang mengandalkan bambu sebagai mata pencahariannya,” terangnya.
Menurut dia, jumlah warga yang positif terjangkit DBD sebanyak 11 orang, dan 51 lainnya dinyatakan suspect. “Masalahnya kita periksa disini trombosit darahnya rendah, kemudian ketika rujuk ke rumah sakit kembali normal. Rata-rata yang kita periksa jumlah trombosit mencapai 20 ribu sampai 50 ribu padahal normalnya 150 ribu sampai 200 ribu trombosit,” terang Bunaji.
Secara teori, sambungnya, diyakini nyamuk aedes aegypti tidak berkembang di daerah dataran tinggi. Namun teori itu seolah terbantahkan setelah mulai ditemukan penularan secara pesat di kawasan tersebut. Pasalnya hal tersebut terjadi hampir di semua desa diantaranya Desa Cigunungsari 12 orang, Cipurwasari 12 orang, Cintawargi 7 orang, Kutamaneh 4 orang, Kutalanggeng 8 orang, Cintalanggeng 4 orang, Mekarbuana 5 orang, Cintalaksana 2 orang dan terakhir Desa Wargasetra 8 orang. “Rata-rata mereka berumur 4 sampai 10 tahun, hanya ada 4 orang yang menyerang dewasa,” ujarnya.
Hal tak jauh beda dikatakan petugas Promosi Kesehatan (Promkes) UPTD Puskesmas setempat, Asep Kusmayadi. Dirinya mengaku, selama dua pekan terakhir telah melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui fogging (pengasapan), penyuluhan dan pemberian abatisasi. “Fogging, penyuluhan dan abatisasi kita lakukan diseluruh desa. Besok juga kita akan lakukan, sistem fogging ini kita lakukan dengan jarak 100 meter dari rumah terkena DBD,” ucapnya.
Menurut Asep, langkah-langkah PSN ini terkendala dengan kebiasaan masyarakat, sehingga kita terus upayakan dengan pemberantasan melalui sistem sosialisasi. “Kita upayakan dengan jemput bola, sekaligus dengan pemerintah dan tokoh desa. Bahkan untuk antisipasi, setiap ada kejadian panas dingin yang parah masyarakat harus segera periksa ke Puskesmas,” ungkapnya.
Humas RSUD Karawang, Ruhimin menyebutkan pasies DBD dalam minggu ke 3 bulan Januari ini tercatat 20 pasien. Dia menyebutkan, hampir 60 persen pasien yang ditanganinya berasal dari Kecamatan Tegalwaru yang merupakan dataran tinggi. “Kalau sekarang yang paling banyak itu dari daerah yang mau ke pegunungan Loji, Tegalwaru itu,” pungkasnya. (top)