Mengelola Sampah

MESKI lokasinya dijauhkan dari pemukiman dan hiruk pikuk kota, akan tetapi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah, merupakan bagian penting dari mata rantai  fasilitas kota/daerah. Bahkan sebuah TPA bisa dijadikan cerminan bagaimana pemerintah mengelola sebuah kota. Apabila pengelolaan TPA-nya baik, maka sudah dipastikan kotanya terkelola dengan baik pula.

Terhadap pandangan itu boleh saja ada yang menganggapnya lebay atau terlalu ekstrim. Namun justru signifikansinya antara pengelolaan kota dengan sampah sangat erat. Berbagai pengalaman di beberapa kota besar di negara-negara maju menunjukkan, untuk menuju pengelolaan sampah yang baik tidak mudah. Mencapai keberhasilan mengelola sampah begitu banyak tantangan harus dihadapi.

Tantangan dimaksud, tidak saja bagaimana menyelesaikan aspek proses pengangkutan, rencana, dan biaya, akan  tetapi juga mengubah perilaku dan cara pandang terhadap sampah. Mengubah aspek perilaku dan cara pandang terhadap sampah merupakan hal yang sulit. Contoh kecil, anjuran bahwa sampah rumah tangga harus sudah terpilah dari sejak dari rumah hingga kini belum berhasil. Jangankan pada diri orang awam, untuk yang berstatus orang berkelas pun sulit melakukan. Mungkin itu baru bisa terjadi ada orang-orang yang bergiat di lingkungan. Lebih parah, ketika sampah sudah dipilah, namun ketika datang angkutan, kedua jenis sampah berbeda itu disatukan lagi di dalam armada.

Kita ingin mengangkat kembali soal sampah ini, karena ada kabar TPA Jalupang Karawang, akan diperluas. Luas 7,5 hektare yang ada sekarang sudah tidak memadai sehingga perlu ditambah 2-3 hektare. Sementara ketinggian gunungan sampah sekarang sudah 7 – 8 meter. Keterangan yang disampaikan pihak Dinas Cipa Karya tersebut menunjukkan, volume sampah dari hari ke hari terus bertambah. Sekarang sampah yang masuk TPA tersebut sebanyak 4.000 ton per hari.

Menangani sampah bagi Karawang tampaknya sudah mengindikasikan problema yang berat. Dengan percepatan jumlah penduduk yang tinggi akibat urbanisasi, akan semakin memperbesar volume produk sampah. Penanganan sampah ideal oleh TPA Jalupang, dari hari ke hari  akan sulit dilakukan. Misalnya dengan sanitary landfill saja, rasanya akan berat. Dari mana tanah penutupnya diperoleh, padahal itu harus dilakukan setiap hari? Mungkin sudah saatnya dipikirkan pengelolaan sampah di Karawang dengan teknologi, agar nantinya sampah bisa dikonversi menjadi energi.

Satu hal yang kita pertanyakan juga adalah, mengapa Pemerintah Daerah Karawang masih memercayakan penanganan sampah hanya pada setingkat Kepala Bidang. Bagi daerah yang sedang pesat menjadi daerah industri, lalu pemukiman demikian merebak, serta pusat-pusat perekonomian sedang bertumbuh, selayaknya penanganan sampah dikelola oleh pelaksana teknis setingkat dinas. Kewenangan dinas akan lebih besar dan dari sisi anggaran pun akan lebih besar. Sampah ini ibarat bom waktu. Jika lengah, lambat, dan dikelola seadanya bukan mustahil bisa menimbulkan bencana. Kita tidak ingin muncul tragedi TPA Leuwigajah di Kota Cimahi. Ini memang tergantung komitmen pimpinannya, mau tidak daerahnya bersih?.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *