Ketua Himpaudi Banyusari Alergi Wartawan

BANYUSARI, Spirit – Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) Banyusari Dedeh Hoyani,S.Pd selaku penyelenggara wisuda akbar 420 santri Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang ada di wilayah Kecamatan Banyusari terkesan alergi dengan kehadiran wartawan dan bahkan sama sekali tidak mau bertemu awak media.
Hal itu terlihat saat acara wisuda yang digelar di halaman masjid Al-Barkah Kampung Krajan Satu Desa Jayamukti.
Sikap Ketua Himpaudi ini tentu saja menjadi pertanyaan bagi awak media. Terlebih lagi, awak media tidak bisa mengkonfirmasi terkait kegiatan yang diduga dilakukan melalui uang pungutan terhadap siswa PAUD yang dilakukan penyelenggara kegiatan melalui pengelola paudnya masing-masing.
“Dari pagi Ibu Dedeh ada dipanggung, entah sekarang sedang kemana. Saya sendiri tidak tahu,” kata salah satu penyelenggara kegiatan, Hj.Yoyoh kepada awak media dilokasi, Rabu (1/6).
Terpisah Penilik PAUD Kecamatan Banyusari, Komar Tohidi,mengatakan kegiatan tersebut diakui menghabiskan anggaran sebesar Rp 18,5 juta. Namun, dirinya mengaku tak mengetahui darimana perolehan dana untuk adara, meskipun didapati proposal untuk wisuda tersebut.
“Ibu Dedeh tidak ada dilokasi, HP-nya pun susah dihubungi. Tadi mah stand by di lokasi. Entah kemana sekarang,” katanya.
Menurutnya, ada pungutan yang dilakukan pihak panitia terhadap masing-masing paud. Komar pun mengatakan, hal itu sah untuk dilakukan dan diperbolehkan.
Namun, mengenai keberadaan Ibu Dedeh saat itu, Komar menjawab tidak tahu.
“Bila pungutan itu dianggap hanya untuk memperoleh sebuah keuntungan, saya rasa tidak juga. Buktinya kegiatan ada dan dilaksanakan,” katanya.
Lain halnya pendapat Junaedi, selaku orang tua. Dirinya mengatakan, bila ada pungutan dan dianggap tidak terdapat keuntungan, kata dia, itu merupakan pendapat sepihak. Pasalnya, kebutuhan anggaran secara kalkulatif, kata dia bisa dihitung. Namun, kalau ternyata pendapatan atas iuran dan proposal donator melebihi kebutuhan sebesar Rp 18,5 juta, tentu hal itu menjadi keuntungan.
“Contoh, kalau per siswa dipungut Rp 100 ribu dan dikalikan dengan jumlah siswa sebanyak 420 anak, maka hasilnya Rp 42 juta. Terkecuali persiswa hanya dipungut Rp 10 ribu,” katanya. (wan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *