Kesenjangan Lebih Berbahaya

KESENJANGAN lebih berbayaha ketimbang melambatnya pertumbuhan ekonomi. Itu disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla, ketika menjadi pembicara dalam acara News Forum Redaksi Indonesia 2016: Challanges and Opportunities di MNC News Center di Jakarta, Kamis (21/1). Lebih tegasnya Wapres mengungkapkan, kesenjangan akan berdampak pada masalah-masalah sosial selain ke aspek ekonomi. Boleh jadi apa yang disampaikan JK sebagai jawaban atas kritikan bahwa Indonesia tengah mengalami kelambatan pertumbuhan ekonomi. Sementara kelambatan hanya berdampak atau berpengaruh pada sektor keuangan atau finansial dan infrastruktur.
Bicara soal kesenjangan sebagaimana disampaikan JK, sejalan dengan yang dirilis BBC yang mengutip lembaga nirlaba Oxfam yang mengutip dari lembaga keuangan Credit Suisse, pada pekan kemarin. Menurut media yang berbasis di London tersebut mengemukakan, 1 persen kekayaan orang kaya di dunia sama dengan 99 persen kekayaan penduduk di dunia. Lalu, berapa harta kekayaan seseorang yang disebut kaya tersebut? Minimal dia memiliki kekayaan 760.000 dolar AS (Rp 11 miliar) ke atas. Sebut saja penduduk dunia pada Juli 2015 adalah sebanyak 7,2 miliar jiwa, maka 1 persen orang yang disebut kaya tersebut hanya 72.000.000. Jumlah itu pun masih belum separo dari penduduk Indonesia yang jumlahnya sekitar 250 juta jiwa. Sedangkan kekayaan 62 orang paling kaya di dunia, setara dengan gabungan kekayaan dari setengah orang paling miskin di dunia.
Ini benar-benar sangat menyakitkan. Kesenjangan yang terjadi demikian lebar antara orang kaya dengan orang miskin. Ini yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana mungkin hanya segelintir orang yang mampu mengakses ke sektor-sektor produksi. Bagaimana hanya segelintir orang yang mampu menguasai kekayaan demikian besar, sementara mayoritas pendudk dunia masih berada di bawah biasa-biasa saja. Kita hargai kondisi itu sudah menimbulkan kesadaran para pemimpin dunia untuk mengatasi kesenjangan tersebut. Oleh karenanya penelitian Oxfam yang menggunakan data dari Credit Suisse, memaksa pimpinan dunia mengadakan pertemuan di Davos, Swiss, untuk mengambil tindakan terkait ‘ketidaksetaraan’ ini. “Kita selalu berbicara bahwa negara-negara di dunia akan menciptakan kesejahteraan untuk semua orang, tetapi yang terjadi adalah kita hanya memperkaya 1% orang di dunia ini,” tulis laporan Oxfam.
Berkaca dari kondisi itu, maka mungkin itulah yang menjadi alasan JK dengan mengatakan kesenjangan akan lebih berbahaya ketimbang kelambatan ekonomi. Ia pun meminta agar media massa seperti televisi jangan terlalu mengumbar seolah ada manusia super kaya di Indonesia sebagaimana diperlihatkan lewat tayangan sinetron.Kita setuju itu. Bagaimana pun konflik sosial bukan tidak mungkin terjadi. Tumbuhnya pikiran-pikiran radikalisme adalah kerena ketidakadilan di berbagai sektor. Keinginan seseorang untuk membuat revolusi karena ada kegelisaan yang tidak mendapatkan jawaban dan akhirnya ingin mengubahnya atas caranya sendiri. Namun sesungguhnya yang kita khawatirkan adalah terciptanya kesenjangan ini yakni karena kesalahan struktural. Kekuasaan hanya memberikan peluang hanya pada koleganya semata.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *