Gerakan Literasi Sekolah Karawang Hanya Seremonial

KARAWANG, Spirit

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang seharusnya menjadi kebijakan pembangunan budaya literasi Indonesia masa depan, rupanya kurang mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah, khususnya di Karawang. Hal tersebut diungkap Ujang Gugun Gunawan, Ketua Umum Pengurus Daerah Pelajar Islam Indonesia (PII) Kabupaten Karawang.

Hal tersebut terbukti dengan tidak adanya kebijakan khusus yang dilakukan Pemerintah daerah Karawang yang berkaitan langsung dengan program GLS. Berbeda dengan 3 Kabupatan Kota lain di Jawa Barat yaitu Kabupaten Bandung Barat, Cimahi dan Tasikmalaya yang belum lama ini mendapat penghargaan Anugerah Literasi Prioritas dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

“Saya ikuti, Pemkab Karawang cuma lakukan peluncuran satukali di program olahraga rutin hari Jumat, kemudian tidak ada tindaklanjut lagi. Pemkab Karawang terkesan seolah tidak punya konsep, tidak serius, malah hanya seremonial,” tandasnya.

ILUSTRASI

Menurut dia, hal itu sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain yang sudah memiliki kebijakan khusus untuk menunjang program tersebut, seperti konsep atau model literasi, dibentuknya tim dan koordinator yang jelas terkait pelaksanaan program, suplai buku, pelatihan guru, alokasi anggaran tersendiri dan payung hukum melalui edaran dan Surat Keputusan Bupati.

“Gerakan literasi sekolah bukan sebatas gaya, apalagi ajang seremonial. Saya tidak melihat gerakan yang begitu masif dilakukan pemerintah daerah dalam menciptakan ekosistem literasi di institusi atau lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Karawang,” paparnya

Padahal, lanjut Gugun, secara konsep GLS merupakan produk kebijakan “jadi” yang siap diaplikasikan. Peran serta Pemerintah setempat, hanya tinggal melakukan stimulan dengan kebijakan spesifik yang dapat diukur.

“Tolak ukurnya harus jelas dong. Kalau pemda Karawang serius, mungkin di tigkat sekolah-masing bisa ditetapkan target parameter spesifik yang harus dipenuhi, misalnya, masing-masing siswa-siswi ditarget dapat menyelesaikan bacaan buku diluar pelajaran minimal 2 buah perbulan, Diadakannya workshop dengan melibatkan MKKS, mengundang dan membangun kemitraan dengan stakeholder terkait, bahkan membuka diri dengan mengikutsertakan peran masyarakat, organisasi dan komunitas-komunitas yang bergerak di bidang pendidika. Saya yakin jika itu dilakukan akan lebih berdampak secara sistemik, sehingga program GLS benar-benar menjadi “gerakan” di Karawang,” paparnya.

PII sendiri, tambah Gugun mengusulkan agar Pemerintah Daerah konsentrasi mengembangkan Model Literasi Media, yang belakangn terlihat mulai berkembang di Karawang. Targetnya yaitu mendorong terbentuknya ektrakurikuler Jurnalistik secara menyeluruh di masing-masing sekolah.

“Tujuan Ekskul Jurnalistik dibentuk sebagai sarana mendidik dan melatih siswa untuk membudayakan membaca, menulis, dan mengomunikasikan gagasan berbasis komunitas,” terang Gugun.

Ia bercerita, saat melakukan pembinaan terhadap anggotanya (PII) yang tersebar di beberapa sekolah, pihaknya menemukan ada SMA/MA Sederajat di Karawang yang telah memiliki ektrakurikuler Jurnalistik. Dan rata-rata para anggota yang ikut tergabung ikut ekskul jurnalis itu, justru lebih melek literasi. Mereka bahkan sudah terbiasa menyampaikan beberapa gagasan menarik lewat karya-karya jurnalistiknya berupa buletin sekolah, majalah dan lewat pengelolaan mading.

“Nah. Peran Pemda disitukan jelas,minimal bisa mendorong terbentuk ekskul jurnalis secara masif dengan menyelenggarakan pendidikan kejurnalistikan secara zonasi. Kemudian secara khusus, Pemkab lewat disdikpora dapat mempersiapkan agar masing-masing sekolah menyediakan Pembina ektrakurikuler yang mengerti tentang dunia kejurnalistikan,” paparnya.

Dia berharap pemkab Karawang dapat lebih serius mendorong suksesnya program GLS tersebut. Lantaran, di Karawang budaya literasi masih jelas kurang respon di antara para guru maupun siswa karena semuanya terfokus kepada pelajaran.

PII sendiri sebagai organisasi yang bergelut dalam dunia pendidikan, sangat menyambut baik saat awal diluncurkannya program tersebut, namun di Karawang program tersebut kurang mendapat perhatian serius.

“Kami ingin siswa-siswi Karawang siap dengan tantangan masa depan. Jelas saya merasa Miris, jika yang ramai belakangan, Pelajar Karawang terkenal justru dengan tawurannya,” pungkas Gugun. (mhs)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *