KARAWANG, Spirit – Pelaksanaan musyawarah daerah (Musda) Dewan Kesenian Karawang (DKK) diwarnai berbagai kejanggalan yang disesalkan banyak pihak.Salah satu kejanggalan tersebut yakni ketidak konsistennya penyelenggara Musda DKK dalam hal penetapan calon ketua.
Salah seorang pengurus DKK Karawang, Mardiman Ujung menyesalkan mekanisme penetapan calon yang dilanggar oleh penyelenggara.
Berdasarkan aturan, kata dia, bakal calon yang lolos verifikasi tahap dua ditetapkan menjadi calon saat sudah memberikan bantuan Rp. 5.000.000 ke panitia. Bantuan ini sedianya digunakan untuk membantu pelaksanaan Musda DKK, dengan batas akhir penyerahan hari Minggu jam 00.00 WIB, tanggal 25 September 2016.
“Sampai batas habis, hanya ada tiga bakal calon yang menyerahkan bantuan,” tukas Mardiman.
Pada hari Senin, jam 15.30 WIB, sekretaris Steering Committe, Yadi secara tegas mencoret Hendra dan menetapkan tiga bakal calon sebagai calon, di depan pengurus DKK, panitia SC, panitia OC, dan pejabat Disbudpar. Yadi beralasan, pencoretan Hendra dikarenakan yang bersangkutan sudah melanggar mekanisme organisasi.
Namun pada jam 19.00 WIB, Hendra, mendatangi sekretariat untuk menyerahkan dana bantuan.
“Tapi kenapa pada hari H Musda, nama Hendra masih ada dan masih muncul?”
Pada akhirnya, diketahui kalau Hendra hanya memberikan bantuan Rp. 2.000.000 dan berbeda dengan ketiga calon lainnya.
Mardiman mencurigai, ada ketidakwajaran dalam proses Musda DKK. Terlebih, ada dugaan campur tangan oknum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Karawang.
Campur tangan ini terindikasi kuat saat panitia menerima bantuan 15 kamar. “Kata panitia, 15 kamar merupakan pemberian Okih, Kepala Disbudpar. Pertanyaannya, apakah Okih memberikan kamar atas nama pribadi, atau atas nama Disbudpar dari kantong APBD?” tanyanya penuh heran.
Mardiman mempertanyakan kamar hotel yang diberikan Okih. Jika atas nama pribadi, kenapa Okih memberikan kamar hotel secara cuma-cuma. Jika atas nama kedinasan, tindakan Okih sama sekali tidak elok. Sebab, anggaran untuk booking kamar akan lebih berguna jika digunakan untuk biaya kegiatan musda.
Malam sebelum musda, ada dugaan pengondisian yang dilakukan salah satu calon. Menurut sumber yang tak mau disebutkan namanya, salah satu calon yang diduga dekat dengan Disbudpar membawa beberapa ketua PKC menggunakan mobil warna putih. (red)