Kredibilitas Wika Dipertanyakan Warga tak Pernah Izinkan Pembangunan “Trans Park”

KOTA BEKASI, Spirit
Menindaklanjuti proses pembangunan megaproyek “Trans Park” di perbatasan Kota Bekasi-Jakarta serta Depok menyisakan tanda tanya. Proyek yang ditangani Wijaya Karya (Wika) ternyata banyak menuai permasalahan. Amdal lalu lintas yang ternyata tidak dimiliki sebagai rekomendasi pembangunan “Trans Park” kini disoal oleh masyarakat. Kemacetan yang terjadi membuat rasa kecewa pengguna jalan terkait dengan terus berjalannya proyek “Trans Park’ yang di dalamnya meliputi Trans Studio, juga hotel bahkan terintegrasi dengan beberapa sarana permukiman ekslusif yang dikelola Grup bisnis Trans TV.
Puluhan spanduk protes masih terus dipasang sebagai upaya saluran aspirasi menolak keberadaan “Trans Park” di Cibubur Alternatif berbatas Kota Bekasi. Proyek pembangunan “Trans Park” tersebut berdampak pada kebisingan, kemacetan, tebaran debu menyesakkan serta gumpalan tanah yang licin di jalan raya membahayakan pengguna jalan raya.
Salah seorang pekerja dari PT Wijaya Karya (Wika) mengatakan yang melakukan protes hanya komunitas. “Mereka Kelompok Peduli Lingkungan yang mengkritisi pembangunan Trans-Park. Mereka mengatakan bahwa warga selama ini tak pernah ijinkan pembangunan Trans Park di Cibubur Alternatif, dengan alasan bermacam-macam seperti debu, brisik dan lain-lain. Anehnya itu dilakukan setelah beberapa saat PT Wika melakukan pembangunan Trans Park,” katanya kepada Spirit Jawa Barat, Selasa (13/6).
Terkait dengan hal itu, dirinya yang juga mengaku bekerja sebagai anak buah Project Manager (PM) menyayangkan apa yang dilakukan warga. Bahkan dirinya berdalih semuanya sudah kondusif. “Clear sudah masalahnya. Ngga ada persoalan dengan warga, semua selesai dirundingkan,” ujarnya saat ditanya Spirit Jawa Barat.
Seperti diketahui bahwa beberapa spanduk penolakan pembangunan Trans-Park di median jalan lokasi alternatif Cibubur. Kalimat protes dicetak dengan digital printing sepanjang jalur pembangunan Trans-Park semakin mempertegas kondisi penolakan warga sekitar pembangunan Trans-Park.

Faizal, salah seorang warga Kranggan Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi mengatakan pembangunan Trans-Park belum memiliki rekomendasi yang jelas. “Proses yang selama ini dilakukannya jelas mengganggu aktivitas masyarakat. APalagi di lokasi strategis berbatas beberapa wilayah Kota Bekasi, Jakarta Timur bahkan Bogor seharusnya pembangunannya lebih rapi. Tapi yang terjadi sebaliknya , jalanan berdebu saat mereka melakukan pemancangan pondasi bahkan tanah yang berantakan di jalanan semakin menandakan mereka tak perduli lingkungan,” kata Faizal. Rekomendasi yang seharusnya sudah ada lanjut Faizal, banyak yang belum dikantongi oleh Trans-Park dan pelanggaran regulasi terkait Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012.

Pantauan di lapangan justru yang terjadi sebaliknya. Poster ukuran spnaduk bernada menolak terus dipasang di depan kantor Marketing Trans-Park yang juga lokasi pembangunan Trans-Park. Meskipun aktivitas pembangunan tidak menyolok seperti sebelumnya. Tanah berantakan, debu tanpa air siraman dan dilakukan pembiaran pengelola proyek Trans-Park. Hal ini yang memicu penolakan proyek milik grup bisnis Chaerul Tanjung pengusaha kelas kakap Indonesia. Sayangnya antisipasi terkait penolakan belum juga dicarikan solusi tepatnya. (kos)

Beberapa spanduk penolakan dipasang di median jalan berseberangan dengan Marketing Gallery Trans-Park serta nampak galian TRANS -PARK membahayakan pengguna jalan karena di atasnya tepat ada konstruksi besi baliho reklame milik Trans Group.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *