TPST Bantargebang Lakukan Trap Tiap Hari Minggu

BEKASI, Spirit – Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang Kota Bekasi melakukan perapihan sampah (trap) setiap hari Minggu. Hal itu dilakukan untuk menghindari adanya antrean panjang dari para truk pengangkut sampah dari wilayah DKI Jakarta.
Menurut Deddy selaku sekurity TPST membenarkan trap dilakukan di hari Minggu. “Meskipun tidak setiap minggu trap dilakukan, karena itu semuanya tergantung dari tingkat skala prioritas zona mana yang perlu dilakukan trap, selain juga prakiraan jika hari Minggu sampah kiriman DKI Jakarta jumlahnya agak berkurang,” ujar Deddy pada Spirit Jawa Barat, Rabu (25/5).
Trap yang dimaksudkan, kata Deddy bertujuan agar zona yang meliputi jalan raya, drainasi atau selokannya selalu bersih. “Disaat trap, termasuk pengaturan sampah dengan sistem trap-trap menggunakan alat berat. Zona yang ditrap kita tutup dahulu,” ungkap Deddy.
Antisipasi yang dilakukan saat salah satu zona ditutup dengan berkoordinasi antar sekurity dan korlap. “Kita arahkan zona yang masih bisa dikatakan kosong maka sementara kita alihkan ke sana agar tidak mengganggu truk pengangkut dan efek trap yang dilakukan,” terangnya.
Kriteria trap menurut dia, yakni jalan kotor licin dan drainase tersumbat dengan upaya titik buang dinaikkan ke atas. “Kita buat trap-trap dengan membuat dudukan oleh para operator alat berat. Jadi ilustrasinya seperti sawah subak di Bali,” imbuhnya.
Terkait dengan para pemulung yang jumlahnya ribuan, telah pula diberikan arahan saat mengais sampah minimal berjarak radius 15 meter dari alat berat. “Perusahaan memberikan kebijakan manakala ada yang terluka akibat alat berat sampah sebagai rasa kekeluargaan dibantu pula pengobatan hingga 50% dari biaya total,” jelas Deddy.
Dikatakan Dedy, di TPST Bantar gebang, tidak terjadi persaiangan antar pemulung. “Para pemulung sudah mengetahui jatah masing-masing ada kertas, plastik, busa kasur, botol, kayu bahkan ban. Mereka tidak saling berebut,” tandas Deddy sekurity yang telah akrab dengan para pemulung itu bertahun-tahun.
Keberadaan tempat pembuangan sampah terpadu ternyata juga berhasil membuka lapangan pekerjaan. Hampir sebagian besar pekerja adalah warga sekitar Bantargebang. Sedangkan para pemulung berasal dari luar daerah seperti Madura, Karawang, Indramayu hingga Bogor.
Pantauan Spirit Jawa Barat di lokasi terlihat cara kerja pemulung sangat terkoordinir. menurut informasi, mereka memiliki bos masing-masing sebagai penyandang dana awal. Bahkan kabranya, jika ada pemulung baru maka sudah disiapkan hunian buat mereka saat ingin mengais rejeki di TPST Bantargebang. (kos)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *