KARAWANG, Spirit
Aksi perampokan bersenjata api yang kerap terjadi di Kabupaten Karawang tidak hanya menjadi fokus penanganan pihak kepolisian, akan tetapi juga membuat perhatian Forum Pimpinan Musyawarah Daerah (Forum Muspida). Terlebih pasca-kejadian terorisme di Jakarta, banyak pihak menghubungkan maraknya perampokan bersenjata api di daerah Pangkal Perjuangan dengan terorisme.
Sebagaimana disampaikan Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Karawang AKBP Andi M Dicky, dengan tingginya gangguan ketertiban dan keamanan bersenjata itu Forum Muspida mengadakan pertemuan di Mapolres Karawang. Pada pertemuan dicapai kata sepakat untuk sama-sama memerangi aksi kawanan perampok dan berbagai aksi kejahatan sadis lainnya. Pemkab Karawang kali ini akan mengerahkan seluruh unsur pemerintahannya hingga level bawah untuk membantu polisi melawan kawanan rampok bersenjata api.
Lebih lanjut Andi M Dicky mengungkapkan, Karawang saat ini ibarat gadis cantik yang menggiurkan bagi kawanan rampok. Sebagai kota industri, perekonomian Karawang berkembang pesat, sehingga mengundang banyak pihak untuk datang mengadu nasib di Karawang.
“Sebagai kota industri segi positifnya banyak, namun negatifnya juga tidak sedikit karena yang datang bukan hanya mereka yang mau bekerja di sektor industri, tapi juga pelaku kriminal,” kata Kapolres, Jumat (22/1).
Maraknya kasus perampokan dengan senjata api yang terjadi dalam kurun satu bulan kebelakang ini menjadi indikator bahwa Karawang memang sudah menjadi incaran kawanan rampok. Saking menggiurkannya kota Karawang, pernah terjadi dalam satu hari terjadi perampokan bersenjata api sebanyak tiga kali.
“Menjelang akhir tahun lalu, dalam hitungan 24 jam terjadi tiga kali perampokan bersenjata api. Kita mencatat ada dua kawanan perampok yang cukup aktif menjalankan aksinya di Karawang yaitu Kelompok Lampung dan Palembang,” ungkap Dicky.
Dicky juga mengungkapkan, secara geografis Karawang yang menjadi daerah penyangga ibukota dinilai cukup strategis dimata kawanan rampok. Selain itu wilayah Karawang cukup luas dan cukup banyak daerah terpencil. “Kondisi seperti ini sangat disukai pelaku kejahatan seperti kawanan rampok, ataupun begal. Berdasarkan pengakuan pelaku yang berhasil kita tangkap mereka berasal dari luar Karawang. Mereka lebih suka beroperasi di daerah pinggiran Jakarta seperti Karawang, Subang atau Purwakarta,” katanya.
Dicky mencontohkan, jajaran Polres meringkus kawanan rampok dan begal asal Lampung yang beroperasi diwilayah Karawang, Purwakarta, dan Bekasi. Penangkapan terhadap kelompok ini cukup sengit sampai pihak kepolisian harus menembak mati pimpinan kelompok Lampung ini.
“Kelompok ini sudah tujuh kali beroperasi di Karawang. Setiap beraksi kelompok ini tidak segan menghabisi korbannya. Makanya saat penangkapan kita cukup berhati-hati karena mereka cukup sadis,” katanya.
Monitor warga
Menurut Dicky, untuk mengantisipasi aksi kawanan rampok ini pihak kepolisian bersama unsur Muspida sepakat untuk memonitor warga yang baru datang ke karawang. Operasi Yustisi akan dilakukan secara rutin dan berkelanjutan. “Kalau warga baru itu tidak kooperatif. Harus segera dilaporkan. Kita harus awasi dan tanyai mereka,” tegasnya.
Kebijakan pemerintah daerah untuk memperketat warga pendatang yang akan tinggal di Karawang, menjadi kebijakan bersama unsur pimpinan daerah. Warga pendatang harus didata dan akan ditanyakan tujuan tinggal di Karawang.
“Siapapun yang akan tinggal di Karawang harus jelas identitasnya dan tujuannya. Kalau pengawasan ketat saya kira kawanan rampok akan berpikir ulang untuk beraksi di Karawang karena merasa diawasi,” katanya.
Operasi yustisi ini nantinya menyisir seluruh daerah yang ada di Karawang, baik di kota maupun pedesaan. Bahkan Pjs Bupati Karawang Deddy Mulyadi sudah memberikan arahan kepada aparat pemerintahannya hingga ke tingkat RT untuk melakukan pendataan terhadap warga baru yang akan menetap di Karawang.
“Pendatang harus bisa menunjukkan KTP asli atau keterangan kependudukan lainnya,” katanya.(cr2)