KARAWANG, Spirit
Sebagai kota penyangga Ibu Kota, Kabupaten Karawang menjadi magnet para pelaku kejahatan baik bandit lokal maupun bandit lintas Provinsi. Mengatasi hal itu, berbagai upaya pencegahan terus dilakukan jajaran Polres Karawang bersama Pemerintah Kabupaten Karawang. Kapolres Karawang, AKBP Andi M Dicky, mengatakan, geliat perekonomian Karawang sebagai kota penyangga Ibu Kota dinilai menjadi daya tarik para pelaku kejahatan untuk beraksi di Karawang. Ia mencatat, di penghujung tahun 2015 hingga awal 2016, kasus perampokan dan pembunuhan meningkat secara signifikan. “Pernah dalam suatu hari, 3 perampokan terjadi dalam waktu 24 jam,” kata Kapolres, Senin (18/1). Untuk itu, kata Dicky, Muspida Karawang sudah sepakat untuk mememonitor warga pendatang yang baru tinggal di Karawang, dengan mengintensifkan operasi Yustisi.
“Kalau warga baru itu tidak kooperatif. Haus segera dilaporkan. Kita harus awasi dan tanyai mereka,” tegas dia. Ia beranggapan, orang baru yang memasuki Karawang harus dicegat masuk, dipastikan dan didata.
Pemeriksaan identitas penduduk baru merupakan cara awal untuk meredam dan deteksi dini, agar para pelaku kejahatan termonitor sehingga berfikir ulang untuk bertindak lebih jauh.
“Jangan sepelekan pemeriksaan KTP. Ketika didatangi aparat untuk memeriksa, hal itu bisa membuat pelaku kejahatan tidak nyaman dan merasa terawasi. Bila pengawasan ketat, para rampok akan berfikir untuk tidak main di Karawang,” ucap Dicky.
Ia menargetkan, operasi yustisi yang digelar harus merata dengan menyisir seluruh wilayah Karawang. Proaktif masyarakat mulai dari warga, RT, RW, dan Linmas , dalam melakukan pendataan terhadap penduduk baru sangat diperlukan.
“Selain menyerahkan fotokopi ktp dan kk, pendatang harus menunjukkan KTP asli. KTP model lama sudah mulai tidak ada. Harus menunjukkan e ktp. Apalagi, saat ini bikin KTP kan semakin sulit,” ungkap dia.
Hasil pengungkapan , lanjut Dicky, pelaku pembegalan di Karawang mayoritas dilakukan oleh pelaku yang berasal dari wilayah lain. Berdasarkan pengakuan par a pelaku, aksi mereka memang banyak dilakukan di beberapa daerah yang sedang berkembang termasuk Karawang.
“Mereka meneror dan menyebar, daerah pinggiran Ibu Kota, seperti Karawang, Bekasi, Bogor, Subang,” ungkapnya.Ia mencontohkan penyitaan 4 pucuk revolver, berasal dari tangan begal asal Lampung.
Senjata api tersebut, menurut Dicky , kerap digunakan para pelaku di 3 wilayah, yakni Karawang, Bekasi dan Purwakarta. Khusus di Karawang, tercatat komplotan begal Lampung yang tertangkap melakukan aksinya sebanyak 7 kali. “Polisi bahkan terpaksa menembak mati karena tersangka mencoba melawan petugas,” katanya. (cr2)