Oleh: Nur Ikhsan Ramadhan
Universitas Singaperbangsa Karawang
ABSTRAK
Tujuan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan kognitif anak usia dini dalam pembelajaran akuatik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah sepuluh siswa anak kelas B yang berusia 5-6 tahun. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan observasi terstruktur dan catatan lapangan tentang kemampuan kognitif anak yang meliputi prosedur kelas, aturan renang, aturan bermain, bahasa instruksi, dan mekanika gerak. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Hasil penelitian menun- jukkan kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun di Laboratorium Percontohan Kampus UPI Bandung masih dalam kategori Mulai Berkembang.
ABSTRAK
The purpose of this article is to describe early childhood cognitive abilities in aquatic learning. This research uses a descriptive method. The subjects in this study were ten students in grade B aged 5-6 years. The instruments in this study used structured observations and field notes on children’s cognitive abilities which included class procedures, swimming rules, play rules, lan- guage of instruction, and movement mechanics. The data analysis technique used is descriptive statistics. The results showed that the cognitive abilities of children aged 5-6 years at the UPI Bandung Campus Pilot Laboratory were still in the Beginning to Develop category.
PENDAHULUAN
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah sebuah program pembinaan yang dilakukan pada anak usia 0 sampai 6 tahun agar anak memiliki kesiapan pada pendidikan selanjutnya (Rindan- ingsih, 2012). Fokus pengembangan PAUD terhadap anak usia dini diantaranya adalah aspek kognitif dan fisik-motorik. Lingkup perkembangan kognitif terdiri dari belajar dan pemecahan masalah, berpikir logis, dan berpikir simbolik. Sedangkan perkembangan fisik-motorik yaitu kesehatan dan keselamatan, motorik kasar, dan motorik halus.Dalam upaya mengembangkan seluruh potensi anak diperlukan penanganan yang baik dari berbagai komponen, antara lain dari guru yang merancang proses pembelajaran serta lingkungannya. Geldard & Geldard (2012)mengungkapkan bahwafaktor lingkungan meberikan pengaruh terbesar dalam peru- bahan perilaku setiap anak. Artinya lingkungan sekolah merupakan bagian yang amat penting untuk mendidik dan mengembangkan potensi anak.Hasil studi awal penelitian yang dilakukan Hidayat & Nur, (2018); Nur, Mulyana & Perdana, (2017) menyebutkan proses pembelajaran yang dilakukan pada Taman Kanak-kanak belum berjalan secara optimal dalam mengem- bangkan potensi anak. Penyebabnyaantara lain kurangnya pemahaman guru dalam pemilihan dan penerapanmetode pembelajaran yang variatif serta karakteristik siswa yang beragam.Ketika kegiatan pembelajaran,para guru masih terjebak pada penerapan-penerapan proses ajar konvensional artinya para guru hanya mengulang-ulang rutinitas aktivitas belajar mulai dari awal pembelajaran, berbaris, menyanyi dan masuk ke dalam kelas. Berdasarkan pengamatan, penerapan proses belajar yang variatif dan inovatif masih jarang dilakukan.Pa- dahal sudah cukup banyak metode-metode pembelajaran yang diterapkan pada anak dalam upaya meningkatkan perkembangan anak usia dini(Hafina, Nur & Rusmana, 2019).Adapun metode pembelajaran tersebut antara lain adalah permainan tradisional kaulinan barudak, per- mainan bola kecil serta pembelajaran gerak dan lagu. Melalui penerapan metode tersebut,ter- dapat peningkatan perkembangan sikap empati, pola gerak dasar, motorik kasar, dan kecer- dasan kinestetikpada anak(Nur, Halimah & Nurzaman, 2017; Nur, Mulyana & Perdana, 2017; Respati, Nur & Rahman, 2018). Namun, penelitian yang menerapkan aktivitas pembelajaran di air (akuatik) untuk mengembangkan kemampuan kognitif masih terbatas. Padahal pembela- jaran akuatik bagi anak usia dini dapat memberikan banyak manfaat terhadap perkembangan potensi mereka.Program akuatik prasekolah di negara maju sudah diterapkan sejak lama dengan fokus output pada pengenalan air. sebagai dasar perkembangan anak serta keterampi- lan dasar berenang (Alaniz, dkk., 2017). Program pembelajaran akuatik pada anak pra- sekolah bertujuan untukmemberikan anakpengalaman terhadap aktivitas akuatik yang me- nyenangkan, berani beraktivitas dalam air, sehingga menstimulus pada perkembangan kogni- tif, sosial dan motorikanak (Langendorfer & Bruya, 1995, 2009; Susanto, 2009; Pan, 2010; Sari, 2014; Rocha, dkk., 2018).Berdasarkan kajian latar belakang, maka tujuanpenelitian yang akan dilakukan adalah mengenai penerapan model pembelajaran akuatik berbasis permainan dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak usia dini. Namun pada artikel iniakan ditampilkan dahulu hasil studi profil awal kemampuan kognitif anak usia dini.
KAJIAN PUSTAKA
Anak usia dini merupakan individu yang mempunyai potensi perkembangan dan pertumbuhan yang pesat dalam kehidupannya(Sujiono, 2009; Yusuf, 2012; Hafina, Nur & Rusmana, 2019). Seringkali anak usia dini disebut fase usia emas.Masa usia emas adalah masa ketika seseorang individu dapat menerima dan mengolah informasi secara cepat dan tahan lama(Hur- lock, 1980; Santrock, 2007, Nurihsan & Agustin, 2011; Yusuf, 2012). Dalam rangka mengembangkan potensi anak usia dini diperlukanlah sebuah lembaga pendidikan Pendidi- kan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD bertujuan untuk membina anak sejak lahir sampai usia 6 (enam) tahun dengan memberikan rancangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidi- kan selanjutnya(Permendikbud No. 137 Tahun 2014). Lebih lanjut PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang meliputi integrasi dari perkembangan aspek nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni (Ha- sanah, 2016; Rahma, 2017).Sujiono (2009) mengungkapkan tujuan pendidikan pada anak usia dini adalah mengembangkan pemahamandan pengetahuanorang tua,guru,danpihak terkait dengan pendidikan dan perkembangan anak usia dini. Secara khusus tujuannya yaitu: (1) dapat mengidentifikasi perkembangan fisiologis pada anak usia dini dan memperoleh hasil identi- fikasi dalam pengembangan fisiologis anak; (2) dapat memahami perkembangan kreativitas anak pada usia dini dan usaha-usaha yang terkait denganupayapengembangannya; (3) dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan perkembangan anak usia dini; (4) dapat memahami arti bermain bagi perkembangan anak pada usia dini; dan (5) dapat memahami model pembelajaran dan pengaplikasiannya pada pengembangan anak diusia dini.Urgensi pen- didikan anak pada usia dini berdasarkan tinjauan psikologi adalah mengembangkan berbagai aspek kecerdasan yang merupakan bawaan. Rakhmat, Budiman & Herawati (2008) menyatakan beberapa hal antara lain bahwa faktor keturunan mempengaruhi perkembangan seseorang, seseorang ditentukan oleh faktor lingkungan, dan perkembangan seseorang dipengaruhi oleh kedua faktor di atas, yaitu faktor bawaan dan faktor lingkungan. Potensi yang dimiliki anak sejak lahir akan berkembang ketika dibesarkan dalam lingkungan yang mendukung. Sebaliknya, bagaimanapun besarnya potensi seseorang, tidak akan berarti apa- apa bila tidak dikembangkan dalam lingkungan yang baik. Hal ini diperkuat oleh Van De Waal & Henriette (1993) mengatakan bahwa 90% faktor hereditas mempengaruhi kondisi fisikanak, sementara kondisi lingkungan keluarga mempengaruhi keterampilan fisik anak.Perkembangan kognitif anak usia dini meliputi: 1) belajar dan pemecahan masalah, mencakup kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara fleksibel dan diterima sosial serta menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru; 2) berpikir logis, mencakup berbagai perbedaan, klasifikasi, pola, berinisiatif, berencana,dan mengenal sebab-akibat; dan 3) berpikir simbolik, mencakup kemampuan mengenal, me- nyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf, serta mampu merepre- sentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar (Permendikbud No.137 Tahun 2014). Agar pencapaian perkembangan anak dapat optimal,dibutuhkan keterli- batan orang tua, danakses layanan PAUD yang bermutu. Dalam tahap perkembangan kognitif, anak usia dini 0-6 tahun masuk pada tahap sensori motor dan pra operasional (Rahman, 2009).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini adalahsiswadi TK Bimba Sukatani dengan usia 5-6 tahun. Jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak 10 anak. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi terstruktur, catatan lapangan dan dokumentasi mengenai kemampuan kognitif anak dalam pembelajaran akuatik yang meliputi prosedur kelas, aturan kolam renang, aturan bermain, bahasa intruksi, dan mekanika Gerakan.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun di TK Bimba Sukatani secara keseluruhan pada persentase 20%(2 anak)yang masuk kedalam kate- gori berkembang sangat baik,20% (2 anak) yang masuk pada kategori berkembang sesuai harapan, dan 20% (2 anak) pada kategori mulai berkembang. Sedangkan 40%(4 anak)sisanya pada kategori belum berkembang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menandakan bahwa kemampuan kognitif anak usia dini belum berkembang dengan optimal, sehingga perlu adanya berbagai upaya untuk mengatasi hal tersebut. Pada intinya, Susanto (2012) menjelaskan bahwa perkembangan kognitif pada anak usia dini (usia prasekolah) berada pada masa pre- operasional, artinya anak belum mampu menguasai aktivitas yang dilakukan dengan operasi mental secara logis. Pada periode ini, anak berada pada masa perkembangan “symbolic function”, artinya anak mempresentasikan sesuatu dengan menggunakan kata-kata, bahasa gerak (gesture), dan benda (Yusuf, 2012). Lebih lanjut Ibda, (2015) menjelaskan dalam artikelnya yang berjudul perkembangan kognitif: teori Jean Piagetmenjelaskan bahwa anak pada masa preoperasionaltelah menunjukkan aktivitas kognitif dalam memahami realitas di lingkungan denganmenggunakan tanda –tanda dan symbol sehingga cara berpikir anak pada tingkat ini bersifattidak sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis. Oleh karena itu, pemberian pembelajaran akuatik pada anak usia dini harus memperhatikan unsur tersebut sehingga tujuan pembelajaran nantinya dapat tercapai dengan baik. Salah satu upaya yang dapat ditempuhuntuk meningkatkan kemampuan kognitif anakpada usiadini yakni melalui bermain dan permainan. Dunia permainan memang identik dengan anak-anak karenamelalui permainan, anak mendapatkan makna belajar yang sesungguhnya (Conatser, 2018). Konsep belajar sambil bermain juga dapat diterapkan pada pembelajaran akuatik sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, disamping itu juga dapat dijadikan sebagai wahana rekreasi maupun belajar berkompetisi bagi anak (Langendorfer, 2015).Selain itu, pemberian pembelajaran dengan metode-metode yang inovatif, menarik, dan menyenangkan juga berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran (Malik, 2013).Perpaduan antara aktivitas berhitung atau mencocokan warna dan gambar dapat menjadi alternatif pilihan dalam pemberian pembelajaran akuatikguna melatih pemahaman kognitif anak.Berdasarkan penelitian sebelumnya, profil kemampuan awal anak perlu untuk diketahui sebagai landasan guna mengoptimalkan perkembangan anak(Hafina, Nur & Rusmana, 2019). Dengan adanya data awal tersebut, akan tergambarkan bagian mana saja yang dapat ditingkatkan sehingga hasil profil kemampuan awal kognitif anak ini dapat dijadikan data awal untuk penelitian selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian, teori, dan temuan penelitian terdahulu menunjukkan bahwa capaian hasil kemampuan kognitif anakharus dikembangkan dan ditingkatan sehingga potensi anak terutama dalam pembelajaran akuatik dapat berjalan dengan optimal.
KESIMPULAN
Kemampuan kognitif anak usia dini di TK Bimba Sukatani pada pembelajaran akuatik masih dalam kategori Mulai Berkembang (MB). Hal ini terlihat dari temuan di TK Bimba Sukatani bahwa persentaseperolehan kemampuan kognitif anak sebesar 44%. Penelitian lanjutan diperlukan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan kognitif anakusia dinidalam pembelajaran akuatik. Penerapan model pembelajaran dan strategi pengajaran dapat dilakukan agar perkembangan potensi anak dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Barnett, L. A., &Kleiber, D. A. (1982). Concomitants of Playfulness in Early Childhood: Cog nitive Abilities and Gender. Journal of Genetic Psychology, 141(1), 115–127.
Conatser, P., James, E., & Karabulut, U. (2018). Adapted Aquatics for Children with Severe Motor Impairments.International Journal of Aquatic Research and Education,10(3), 5.
Faber, R. (2017). Dance and early childhood cognition: The Isadora effect. Arts Edu- cation Policy Review, 118(3), 172–182. https://doi.org/10.1080/10632913.2016.1245166.
Geldard, K. &Geldard, D. (2012). Konseling Anak-Anak. Jakarta: Indeks.
Hafina, A., Nur, L., & Rusmana, N. (2019). Aquatic learning approach for improving early childhood basic attitude. Jurnal Pendidikan Jasmani danOlahraga, 4(1), 86-91.
Hafina, A., Nur, L., &Rusman, N. (2019). Basic Attitude Ability of Early Childhood in Aquatic Learning. In 2nd International Conference on Educational Sciences (ICES 2018). Atlantis Press. https://doi.org/https://doi.org/10.2991/ices-18.2019.8
Hasanah, U. (2016). Pengembangan Kemampuan Fisik Motorik Melalui Permainan Tradi- sional bagi Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 5(1), 717-733. (*)