Tangis Haru Warnai Pamitan Dedi Mulyadi


PURWAKARTA, Spirit

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi berpamitan kepada para pegawai yang tergolong ke dalam Aparatur Sipil Negara. Sebelumnya, ia juga telah berpamitan kepada pegawai yang masih tergolong Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan Tenaga Harian Lepas (THL).

Kegiatan ini dilaksanakan di Bale Sawala Yudhistira, komplek Setda Purwakarta, Jalan Gandanegara No 25, Selasa (30/1).
Tangis haru pecah mengiringi acara pamitan tersebut. Keharuan bertambah saat Dedi menyelami para pegawai satu per satu.

Ida Hamidah, salah seorang ASN dari Dinas Komunikasi dan Informatika tampak tidak kuasa menahan tangis. Rasa sedih tidak dapat ia sembunyikan karena orang nomor satu di Purwakarta itu kini harus meletakan jabatan.

Diketahui, Dedi Mulyadi akan mengambil cuti di luar tanggungan negara. Setelah itu, dirinya akan digantikan oleh Plt Bupati Purwakarta untuk melanjutkan sisa jabatan sampai Maret 2018.

“Bapak itu selalu memberikan arahan kepada kami agar teliti dan mengikuti visi beliau. Hasilnya, boleh dilihat sekarang perubahan Purwakarta. Beliau berani mengubah sistem yang rigid menjadi punya performa dalam menyelesaikan pekerjaan,” ujar Ida.

Menurut Ida, Dedi pun selalu memberikan motivasi kepada para pegawai. Dia selalu menekankan agar pelaksanaan program mengedepankan inovasi berbasis kultur.

“Saat menjadi staff biasa, saya pernah dipanggil sama beliau untuk duduk, waktu itu beliau masih Wakil Bupati. Kata beliau, suatu saat euceu akan duduk disini. Itu menjadi motivasi tersendiri bagi saya. Secara capaian, beliau berhasil mengubah Purwakarta dari Kota Pensiun menjadi Kota Pariwisata. Inovatif sekali dalam programnya,” katanya.

Ida memiliki kisah tersendiri saat Dedi Mulyadi bermaksud membentuk Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Purwakarta. Saat itu, Tahun 90-an, dirinya menjadi pengurus HMI cabang Bandung.

“Sejak masih menjadi aktifis saya bersama beliau. Saya HMI di Bandung, beliau waktu itu mendirikan HMI di Purwakarta,” tandasnya.

 

Purwakarta Seperti Ibu

Di mata Dedi, Purwakarta sudah seperti Ibu. Karena itu, selama dua periode dirinya memimpin, Dedi menggunakan manajemen seorang Ibu dalam mengatur rumah tangga, terutama keuangan.

Alhasil, daerah yang dahulu sekedar ‘pangliwatan’ (tempat lewat.red) ini, kini berubah menjadi daerah yang diperhitungkan di kancah nasional.

“Sejak sebelum menjabat sebagai Bupati, saya sudah jatuh cinta pada Purwakarta. Bagi saya, Purwakarta bagai Ibu. Maka saya menggunakan ilmu seorang Ibu untuk merawatnya,” katanya.

Dedi pun berpesan agar seluruh pegawai menjaga hasil pembangunan yang sudah ada. Dia juga mengatakan pembangunan harus terus berlanjut meski dirinya sudah tidak lagi menjabat sebagai Bupati Purwakarta.

“Saya titipkan Purwakarta kepada para punggawa di kabupaten ini. Jadilah pemimpin-pemimpin yang imajinatif dan penuh kreasi. Jangan menghitung dapat apa anda dari negara, tanyalah apa yang sudah anda berikan untuk negara,” pungkasnya. (rls)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *