BANDUNG, Spirit – RUMAH nomor 27 di RT 01 RW 01, kampung Cihideung Girang Desa Sukakerti Kecamatan Cisalak, masih tegak berdiri. Alex (45) pemilik rumah, Selasa (24/5), tampak bolak balik naik turun perkampungan untuk
memantau kondisi perkampungan yang hancur luluh tantak diterjang banjir bandang.
Alex, satu diantara ratusan warga yang selamat dari bencana banjir bandang, dia bersama anaknya, juga tampak sibuk membersihkan lumpur di lantai teras rumahnya. “Yang hancur dan pertama kali dihantam banjir bandang, adalah kediaman Eti dan Bah Jana.”
Dia kemudian mengantar Spirit Jawa Barat ke lokasi kediaman Eti, yang sudah rata dengan tanah. Alex menceritakan kejadian yang menimpa perkampungan tersebut. Menurut dia, longsoran tanah dari Gunung
Pasir Goek Cikuntal, menjadi awal pemicu terjadinya banjir bandang.
“Hujan yang turun sejak sore hari sangat besar, kami sudah mafhum, jika kondisi seperti itu, air akan besar, namun tidak menyangka akan terjadi banjir bandang. Biasanya, air banjir hanya rata dengan jalan
saja,” kenang Alex.
Ia lalu menunjukkan titik longsoran Gunung Pasir Goek Cikuntal yang jaraknya diperkirakan sekitar 1 KM hingg 1,5 KM dari titik rumah Eti yang hancur. Di gunung yang ditunjukkannya, tampak tiga garis tanah merah yang diperkirakan merupakan titik longsoran.
“Suaranya bergemuruh seperti suara pesawat, kemudian ada suara berderak seperti suara hantaman benda keras dengan benda yang lainnya dan kemudian disusul dengan air bah yang masuk ke rumah,” katanya.
Suara serupa juga didengar oleh Alut (63). Rumah ketiga di bibir Cungai Cihideung tersebut, memiliki dua
lantai, itu kediaman Alut. Rasa kalut, gelisah dan sedih, tampak dari raut wajah tuanya.
Sambil berjongkok, Alut menceritakan kejadian yang membuat dirinya belum bisa masuk ke rumahnya. “Kejadiannya sekitar pukul 20.45 WIB, saya mendengar suara bergemuruh dari atas, kemudian saat saya mau keluar untuk mencari tahu, tiba-tiba ada air yang menerjang tubuh saya,” ujar Alut.
Alut masih beruntung, sebab menurut dia, air yang menerjang tubuhnya membawa dia kembali masuk ke rumahnya. “Air langsung membuat tubuh saya terpental, menghantam meja yang ada di ruang tengah.”
Air tersebut, tambah Alut, membuat tubuhnya terombang-ambing, dia mencoba meraih daun pintu, dan mencoba untuk menutupnya. “Saya kemudian naik ke lantai atas, dari sini, saya kemudian bisa melihat
rumah Eti dan Bah Jana, dihantam balok-balok kayu gelondongan sampai hancur.”
Seketika dirinya langsung keluar dan mencoba mengingatkan warga kampung. Namun, terlambat, air bah sudah menerjang perkampungan yang berada dibawah rumahnya. Ano, Iis, dan ratusan warga lainnya, hanya sebagian yang bisa terselamatkan.
Balok-balok kayu gelondongan, tampak berserakan di kampung yang jarak dari kantor desa sekitar 3 kilometer, atau sekitar 10 kilometer dari ruas jalan yang menghubungkan Kecamatan Cisalak dengan Subang.
Evakuasi yang dilakukan tim penyelamat mengalami kendala, karena ruas jalan kampung yang menghubungkan Kampung Cihideung Girang dengan Kampung Cihideung, putus akibat hantaman banjir bandang yang mengangkut material pohon dan batu. Langit di Kampung Cihideung terus mendung, muram seperti wajah-wajah warganya.
Gerimis satu persatu turun dari langit, jam menunjukan pukul 16.00 WIB, Adzan Ashar, sudah terlewatkan tadi dari balik bukit. “Di balik gunung ini, ada kampung Palasari, hutan yang berada di atas kampung ini adalah hutan milik Perhutani, sebuah hutan produksi. Pohon yang berserakan, seperti pohon hasil tebangan, karena ada bekas mesin gergaji,” ujar Iis Rochati, aktivis lingkungan hidup yang menjadi
sukarelawan di lokasi kejadian.(agus eko/ spirit jawa barat)
Cap: KOTBAN longsor yang tidak mampu berjalan, di evakuasi tim penyelamat. F: Agus Eko
Kronologis kejadian:
Minggu (22/5)
Pukul 18.00 WIB, hujan di wilayah Kecamatan Cisalak sangat deras
Pukul 21.40 WIB, terdengar suara bergemuruh dari hulu Sungai Cihideung, Desa Sukakerti Kecamatan Cisalak
Pukul 21.45 WIB, rumah Eti dan Bah Jana, dihantam gelombang air banjir bandang
Pukul 22.00 WIB, banjir menyapu perkampungan yang berada di bawah kediaman rumah Bah Jana, kediaman Mae dihantam gelombang, korban tewas dihantam gelombang, anaknya Nabila (7) bulan sempat hilang.
23.00 WIB, korban tewas diperkirakan 4 orang, 1 masih hilang, Rizal (10) hilang
Senin (23/5)
Sejak pagi, evakuasi terus dilakukan seluruh aparat, Tagana, Polri, TNI dan Sukarelawan.
Pukul 13.00 WIB, Mayat Rizal ditemukan di Sungai Cipunagara
Pukul 20.00 WIB, korban tewas di pastikan 5 orang.
Selasa (24/5)
Musa (55) Karyawan Swasta, kampung Sukamukti RT 02, RW 01, yang sebelumnya dikabarkan tewas, dievakuasi ke RS. Hasan Sadikin, korban koma
Pukul 16.32 WIB, Warga masyarakat yang berada di daerah rawan bencana diminta untuk turun ke daerah aman di posko pengungsian di balai Desa Sukakerti.