KARAWANG, Spirit
Tanu (63) warga Dusun Cikelor RT 018 RW 005 Desa Amansari Kecamatan Rengasdengklok Karawang merupakan salah satu warga miskin yang tidak tersentuh program bantuan apapun dari pemerintah. Hidup berdua dengan istri, Minah (58), dijalaninya dengan serba kekurangan dan penuh perjuangan. Tanu yang berprofesi sebagai tani penggarap lahan milik orang hanya mengandalkan ketajaman cangkulnya dan kemurahan alam untuk menyambung kehiduapannya. Pasangan suami istri ini tinggal di sebuah gubuk ukuran 3X3 berdinding bilik bambu dan beralaskan tanah yang jauh dari kata layak untuk ukuran manusia. Aapalgi, bangunan yang ditinggalinya itu pun menumpang di lahan milik orang lain. Di musim penghujan seperti saat ini, Tanu selalu saja cemas dan khawatir. Pasalnya, dengan curah hujan tinggi, tempat tinggalnya selalu “kebanjiran” karena bocornya atap rumah. Sehingga, keduanya pun sangat susah untuk sekedar beristirahat.
Tragisnya, kondisi Tanu ini, luput dari perhatian pemerintah. Dirinya mengaku, tak pernah sekalipun didatangi aparatur pemerintah untuk sekedar bersimpati dengan kehidupannya. ” Saya tidak pernah mendapatkan uang dari pemerintah,” ungkap Tanu kepada Spirit Karawang, Minggu (31/01).
Yang lebih ironis lagi, Tanu mempertanyakan, tetangga-tetangganya yang lain justru memperoleh bantuan. Padahal, menurutnya, kondisi kehidupan tetangganya tersebut, tergolong lebih mampu dari dirinya.
Sementara Kepala Dusun Cikelor Desa Amansari Kecamatan Rengasdengklok Karawang, Sarka (45) menyatakan dirinya sudah berusaha untuk mengajukan bantuan pemerintah untuk Tanu. Tetapi, kata Sarka, karena pada saat pendataan penerimaan bantuan, Tanu beserta istrinya tak memiliki identitas kependudukan.
“sudah kami usahakan, tapi tidak punya data KTP dan KK, jadi tidak bisa menerima bantuan dari pemerintah. Termasuk program rutilahu, tidak bisa juga, karena tidak memiliki tanah milik pribadi,” ungkapnya. (cr4)