SOTK Baru Urusi Sampah

PEMERINTAH Kabupaten Karawang dikabarkan bukan hanya akan memiliki pasangan pemimpin baru, tetapi konon kini tengah merencanakan membentuk satuan organisasi tata kerja (SOTK) yang baru. SOTK yang dimaksud memang belum jelas benar, akan tetapi nanti akan mengurusi sampah dan pertamanan. Saat ini pengelolaan kedua objek tersebut masih ada di bawah bidang. Dengan demikian, apakah SOTK baru yang akan bertugas mengurusi sampah dan pertamanan tersebut akan dikelola dinas atau badan? Ini memang masih harus ditunggu.

Harapan agar pengelolaan sampah ada di bawah setingkat dinas, sudah kita suarakan sejak Februari 2015. Pada forum ini di edisi Rabu, 18/2/2015, kita sempat menulis, “Satu hal yang kita pertanyakan juga adalah, mengapa Pemerintah Daerah Karawang memercayakan penanganan sampah hanya pada setingkat Kepala Bidang. Bagi daerah yang sedang pesat menjadi daerah industri, lalu pemukiman demikian merebak, serta pusat-pusat perekonomian sedang bertumbuh, selayaknya penanganan sampah dikelola oleh pelaksana teknis setingkat dinas. Kewenangan dinas akan lebih besar dan dari sisi anggaranpun akan lebih memadai. Sampah ini ibarat bom waktu. Jika lengah, lambat, dan dikelola seadanya bukan mustahil bisa menimbulkan bencana. Kita tidak ingin muncul tragedi TPA Leuwigajah di Kota Cimahi terjadi di Karawang. Ini memang tergantung komitmen pimpinannya.”

Waktu itu kita mengangkat sampah karena ada kabar TPA Jalupang Karawang  akan diperluas. Luas 7,5 hektare yang ada sekarang sudah tidak memadai sehingga perlu ditambah 2-3 hektare. Sedangkan volume sampah dari hari ke hari terus bertambah. Waktu itu saja sampah yang masuk TPA tersebut sebanyak 4.000 ton per hari.

Memang agak aneh kalau daerah selevel Karawang dalam mengelola sampah dipercayakan kepada setingkat bidang. Sebab jangankan di negara yang tengah berkembang seperti Indonesia, di negara maju pun soal sampah hingga hari ini tetap masalah besar. Hanya saja untuk negara maju cukup berkemampuan menguasai teknologi. Karenanya sampah bisa dikonversi menjadi energi, apakah gas metannya untuk kebutuhan dapur atau untuk listrik. Sedangkan residunya bisa dijadikan material bangunan atau kompos. Investasinya memang tidak murah.  

Mengelola sampah ke depan bukan akan semakin ringan tetapi malah jadi  tantangan besar. Tantangan yang dimaksud tidak saja bagaimana menyediakan anggaran,  proses pengangkutan, dan pengelolaan dengan teknologi,  akan  tetapi juga mengubah perilaku dan cara pandang terhadap sampah yang cukup sulit. Contoh kecil, anjuran bahwa sampah rumah tangga harus sudah terpilah dari sejak dari rumah hingga kini belum berhasil. Jangankan pada diri orang awam, untuk yang berstatus orang berkelas pun sulit melakukannya.

Karenanya kita setuju dengan pernyataan Asisten Daerah I Pemkab Karawang Samsuri, bahwa masalah sampah dan pertamanan cukup memengaruhi “wajah” suatu daerah. Oleh karena itu persoalan sampah perlu ditangani serius. Lalu, kita juga mendorong agar sampah dan taman ditangani oleh setingkat dinas.***  

ILUSTRASI, Foto: NET

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *