CILAMAYA WETAN, Spirit
Berpredikat sebagai santri, janganlah sampai merasa rendah diri atau malu untuk menunjukkan identitas kesantriannya saat bertemu kalangan manapun. Pasalnya, keberadaan santri dalam proses perjuangan dan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), perannya sangat penting dan strategis. Sehingga, sumbangsih santri tidak perlu diragukan lagi bagi keberlangsungan NKRI.
“Santri itu berperan penting bagi berdirinya bangsa ini, kalian tidak usah malu. Instansi apapun membuka pintunya lebar-lebar bagi santri,” tutur KH Noor Muhammad Iskandar, SQ, pengasuh Ponpes Ash Shiddiqiyah Jakarta, saat acara temu alumni santri ash Shiddiqiyah yang digelar di ponpes Ash Shiddiyah 3 Desa Sukatani, Kecamatam Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang, Sabtu (5/3).
Ditambahkan Abah Noor—panggilan KH Noor Muhammad Iskandar, dalam perjalanan modernisasi, para santri diharapkan untuk terus memberikan kemanfaatan bagi bangsa dan masyarakat. “Santri harus terus berkontribusi terhadap masyarakat, lingkungan dan negara bangsa. Teruslah memberikan sumbangsih agar bangsa dan negara ini berjalan dengan baik,” imbuhnya.
Hal tak jauh berbeda dikatakan KH Hasan Nuri Hidayatullah. Dirinya menyatakan, pondok pesantren merupakan benteng terakhir NKRI untuk mencegah radikalisme dan intoleransi umat agama yang dapat memecah kerukunan masyarakat.
“Moral negeri ini bersimbol Pancasila, dan Pancasila akan tetap ada selagi yang menjaganya para ulama Aswaja, yang jelas sanad ilmunya, dan tentu semua itu pasti berasal dari orang pesantren,” ujarnya saat memberikan sambutan.
Dikatakannya, banyaknya aliran-aliran radikal di tengah-tengah masyarakat, membuat Gus Hassan yang juga menjadi Rois Syuriah PCNU Karawang ini meminta kepada santri alumni ponpesnya, untuk lebih berperan aktif membentengi kemoderatan beragama yang menjadi ciri khas NU kepada masyarakat.
“Yang alumni kan nyantrinya. Kalau wiridannya, tahlilannya, dhibaiyahnya, jangan jadi alumni,” paparnya.
Meski begitu, ia tidak tidak memaksakan para santrinya untuk menjadi kyai. Baginya, santri hanya harus memberi banyak manfaat kepada masyarakat, terlepas apapun profesinya.
“Pokoknya mau jadi Gubernur, Bupati, pedagang, petani, atau apapun, yang penting banyak memberi manfaat kepada masyarakat. Kalau jadi kyai semua, entar kalian pada rebutan, berebut mimpin tahlil,” ujarnya sambil tertawa.
Dalam acara silaturahmi alumni lintas angkatan se Jawa Barat tersebut, dibentuk pula Ikatan Alumni santri Ash-Shiddiqiyyah se Jawa Barat. (cr3)