KARAWANG, Spirit
Kepala Desa Mulyajaya Kecamatan Kutawaluya Karawang, Endang diduga setiap bulannya meraup keuntungan sebesar Rp 7 juta dari hasil penjualan beras raskin di desanya. Hal ini diungkapkan oleh Darim (40) warga Dusun Cibanteng I Desa Mulyajaya Kecamatan Kutawaluya Karawang yang juga merupakan mantan juru tulis desa tersebut.
“Kades mendapatkan keuntungan sebesar Rp 7 juta tiap bulannya dari penjualan Raskin,” ungkap Darim ke Spirit Karawang, Kamis (25/2)
Dijelaskan Darim, uang yang diperoleh Kades Mulyajaya tersebut didapat dari sisa raskin, setelah disalurkan kepada warganya. Sisa tersebut, kata dia, dijual kepada penadah dengan harga yang lebih tinggi.
“Setiap bulan Desa Mulyajaya mendapat sekitar 4,95 ton beras raskin dengan harga tebusan ke Dolog sebesar Rp 1.600 perkg nya, jadi total, desa menebus Dolog sebesar Rp 7.920.000. Dari 4,95 ton tersebut, dibagi kepada 1.025 kepala keluarga, dengan pembagian tiap KK, 4 kg beras. Jadi, total beras yang dibagi hanya 3,28 ton atau setara 4.100 liter. Sehingga terdapat sisa beras 1,67 ton,” ungkap Darim.
Selanjutnya ditambahkannya, untuk penebusan raskin tersebut, setiap keluarga yang mendapatkan 1(satu) kupon diminta membayar Rp. 3 ribu. Sehingga, kata dia, dari tebusan beras yang disalurkan kepada warga, mendapat Rp 3.075.000 juta.
Sementara, sisa beras sejumlah 1,67 ton yang dijual ke penadah dengan harga Rp 7.500, memperoleh Rp. 12.525.000.
“Jadi, total pendapatan yang diperoleh masing-masing Rp 3.075.000 dari penjualan kepada warga ditambah Rp 12.525.000 dari penjulan ke penadah. Jadi totalnya mendapat pemasukan keuangan dari raskin tiap bulan 15.600.000,” imbuhnya.
Dari pemasukan tersebut, kata dia, setelah dikurangi dengan pengeluaran untuk tebusan ke Dolog senilai Rp 7.920.000, maka setiap bulannya ada kelebihan sejumlah Rp. 7.680.000. “Kelebihan ini yang seharusnya diketahui warga, kemana duitnya,” tandas Darim.
Diceritakan Darim, meskipun warga menebus dengan nilai Rp 3.000, tetapi nilia tersebut menurut informasi yang diperolehnya, jauh lebih murah dibanding dengan desa lain. Sehingga, kata dia, Kades Mulyajaya seringkali mempromosikan dirinya kembali dan meminta warga memilihnya di Pilkades yang akan datang. Sehingga, menurutnya, Kades Mulyajaya telah melakukan politisasi raskin sekaligus pembohongan terhadap warga. terlebih, kelebihan pemasukan raskin dari sisa raskin yang dijual ke penadah tak pernah dilaporkannya.
“Secara tidak langsung Kades sudah berkampanye sebelum waktunya. Saya berharap, pihak terkait terutama kejaksaan untuk segera melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terkait hal ini. Saya nggak mau, warga terus dibohongi Kades,” tegasnya.
Sementara itu, salah seorang warga, Sanih (40) mengaku dalam menerima raskin dirinya harus membayar Rp. 3.000 untuk menebus 4 kg. Harga tersebut, katanya lebih murah jika dibandingkan dengan harga raskin di desa yang lain. “Jika dibandingkan dengan desa yang lain, jelas di sini lebih murah pak. Makanya, pak lurah ngajak warga untuk milih dia kembali dalam pilkades nanti,” ungkapnya. (cr4)