BEKASI,Spirit
Menyikapi maraknya praktik prostitusi di Kabupaten Bekasi, budayawan dan tokoh Agama kampung Ceger, Desa Karang Mukti, Kecamatan Karang Bahagia sekaligus pemilik Pondok pesantren,Yayasan Yatim piatu dan Jompo Al-hasanah, AA Septian berharap agar pemerintah bersikap tegas, apalagi didukung oleh adanya Peraturan Daerah tentang hal itu.
“Kami mohon kepada Ibu Bupati segera bertindak menertibkan tempat-tempat maksiat yang semakin menjamur di wilayah pedesaan terutama di desa Kami,” Kata pria yang akrab disapa Asep tersebut kepada Spirit Jawa Barat.
Dirinya merasa kebingungan, Lanjut Asep Karena kabupaten Bekasi telah memiliki Perda nomor 3 tahun 2016 tetang Kepariwisataan yang sudah disahkan.
“Sepengetahuan saya di Perda tersebut yang namanya tempat hiburan malam, panti pijat apa lagi tempat prostitusi dilarang apa lagi menurut hukum agama, tapi kenapa di tanah merah semakin hari semakin marak kegiatan prostitusi tersebut, dan menjadi pertanyaan, kenapa Sat.Pol – PP tidak pernah razia atau menutup tempat maksiat tersebut,” Lanjut Asep kebingungan.
Pemilik Yayasan Al-hasanah itu juga berharap agar penegak Perda segera bergerak bukan hanya razia tapi menutup tempat maksiat di tanah merah tersebut.
Menurut pantauan Spirit Jawa Barat di kabupaten Bekasi sendiri praktik prostitusi bisa ditemui di berbagai wilayah. Seperti daerah Pasir konci, Tanah Merah, Hotel Puyuh dan di sepanjang kali Cibeel yang dikenal kedaung. Di tempat-tempat tersebut setiap malam masih banyak wanita penjajak cinta yang menawarkan jasa hiburan malam seperti tempat karaoke.
Bahkan para wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) itu mencari pelanggan secara terang-terangan, di tempat-tempat tersebut kita sebut saja salah satunya Tanah Merah (TM) yang berlokasi di tiga desa dan tiga perbatasan kecamatan yaitu. Desa Karang sambung dan Karang Harum kecamatan Kedung waringin, Desa Karang Sari kecamatan Cikarang Timur serta Desa Karang satu, Desa Karang Mukti Kecamtan Karang Bahagia, juga di sepanjang jalan inspeksi pengairan jiun tanah merah.
Setiap malam para waita PSK itu menawarkan jasa sebagai Pendamping Lagu (PL) dan pemuas nafsu lelaki hidung belang di tempat tempat Karoke, bahkan ada khusus tempat yang menawarkan wanita PSK.
Seperti keterangan salah seorang warga Desa Karang Mukti yang akrab disapa bang Mukhlis menurutnya TM beroperasi semenjak puluhan tahun lalu, semenjak dirinya bujangan sampai saat ini masih berjalan.
“Tidak tahu pastinya sejak kapan. Sudah lama lah, waktu saya masih bujangan sampe sekarang saya udah mau punya cucu, jalan belum di cor masih tanggul tanah merah, tempat itu sudah ada,” kata Mukhlis kepada Spirit jawabarat, Kamis (8/9).
Setahu Mukhlis, wanita-wanita penjaja cinta tersebut banyaknya bukan warga Jakarta. Meraka berasal dari beberapa daerah di Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
“Mereka juga tidak tinggal di Karang Mukti atau daerah sekitarnya, mereka pun bukan berasal dari daerah sekitar, melainkan dari berbagai tempat seperti Suka bumi, Karawang, Jawa tengah bahkan ada yang berasal dari luar pulau Jawa,” tuturnya.
Ditempat berbeda warga Desa Karang Harum, Imam (30) juga mengatakan bahwa praktik prostitusi semakin menjamur di wilayah desanya, mereka mendirikan tempat-tempat karoke di sepanjang tanah pengairan.
“Tempat PSK semakin banyak terutama di desa Kami, mereka bebas mendirikan tempat-tempat Karaoke yang di dalamnya tersedia kamar-kamar khusus bagi para tamu yang mau ngamar (menyalurkan hasrat biologisnya). Saya juga bingung kenapa sekarang tanah pengairan jadi tempat kaya gitu ?. Kenapa tidak pernah ada razia dan berharap pihak Pemda menutup tempat tersebut,” kata Imam. (bhy)