RENGASDENGKLOK, Spirit
Banyak dibangunnya perumahan oleh pengembang pada areal pesawahan produktif di wilayah Rengasdengklok semakin menggerus lahan produktif pesawahan. Hal ini dikeluhkan oleh sebagian warga, yang prihatin dengan semakin berkurangnya lahan sawah produktif di wilayah Rengasdengklok dan sekitarnya.
“Lahan pesawahan milik warga banyak dibeli oleh para pengembang untuk dijadikan perumahan, dengan harga yang lebih tinggi dari pasaran, membuat warga merelakan sawahnya untuk dijadikan perumahan,” ungkap Sana (50), warga Dusun Kobakkarim Desa Kalangsuria Kecamatan Rengasdengklok kepada Spirit Jawa Barat.
Namun menurutnya yang menjadi pertanyaan, kenapa pemerintah mengijinkan lahan pertanian yang produktif yang dijadikan perumahan, bukan lahan yang tidak produktif. Ironisnya, kata dia, kebanyakan perumahan tersebut dibeli oleh para pendatang dari luar kota, bukan untuk perumahan pribumi.
“Kebanyakan pembeli perumahan adalah karyawan dari luar kota, karena kalau karyawan pribumi lebih memilih membangun rumah di sekitar perkampungannya,” tuturnya.
Dengan banyaknya lahan produktif yang dijadikan perumahan menurutnya jelas akan berpengaruh terhadap produksi padi yang dihasilkan oleh petani Rengasdengklok. Dirinya merasa prihatin dengan banyaknya lahan sawah produktif yang dialihkan menjadi perumahan.
“Sekarang saja puluhan hektar sawah produktif di wilayah Desa Kalangsuria akan dibangun perumahan, belum lagi di desa-desa yang lainnya,” ungkapnya.
Senada dengan Sana, Gocing (40) juga mempertanyakan kebijakan pemerintah yang terlalu mudah memberikan ijin pembangunan perumahan pada lahan sawah produktif. Menurutnya masih banyak lahan yang tidak produktif yang bisa dijadikan sebagai areal perumahan.
Dirinya mengharapkan agar pemerintah melalui dinas terkait tidak terlalu mudah memberikan ijin pembangunan perumahan, kalau lahan tersebut merupakan lahan produktif, karena akan merusak ketahanan pangan warga Karawang khususnya Rengasdengklok. (yay)