Ketergangguan Dunia Pendidikan

ADA dua berita cukup menggelitik dari dunia pendidikan di Karawang, pada Rabu (20/1) kemarin. Sebagaimana dilansir beberapa media lokal, berita pertama tentang unjuk rasa puluhan kepala sekolah TK dan SD Kecamatan Jatisari, Karawang ke Ketua PGRI Karawang. Mereka mengadukan ketidaknyamanan atas kepemimpinan Kepala dan Bendahara Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pendidikan Jatisari. Para kepala sekolah meminta agar ketua organisasi profesi guru di Karawang itu melapor ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Karawang (Disdikpora) agar segera mengganti kepala dan bendahara UPTD Jatisari. Alasannya perilaku pimpinan perwakilan Disdikpora di kecamatan tersebut tidak memberikan kenyamanan dan terkait ketidaktransparanan dalam anggaran.

Berita kedua, tentang kegiatan belajar mengajar (KBM) di SDN Segarann 2 Kecamatan Batujaya Karawang, Rabu kemarin terpaksa terhenti karena enam ruangan belajar disegel orang yang mengaku suruhan ahli waris lahan tempat bangunan sekolah berdiri. Pintu masuk disegel dengan kayu dan bambu, sehingga baik siswa maupun guru tidak bisa masuk kelas untuk melakukan kegiatan. Nada menyesalkan atas kejadian itu disampaikan baik oleh pihak sekolah maupun orang tua siswa. Intinya jika terjadi sengketa atas aset sekolah itu sebaiknya diselesaikan lewat jalur hukum, bukan dengan cara menghambat anak-anak untuk belajar, yakni dengan menyegel ruangan belajar.

Menyimak dua berita tersebut, sekalipun kasusnya berbeda, akan tetapi keduanya sama-sama menohok dunia pendidikan. Artinya, jika kita ingin berupaya meningkatkan derajat kehidupan manusia melalui pendidikan dipastikan akan terhambat. Apabila kita ingin memposisikan sumber daya manusia (SDM) anak-anak kita di masa depan agar bersaing dengan SDM dari negara lain, ini tidak akan bisa. Jangan harap anak-anak kita, generasi mendatang bahkan hari ini, akan menyadari pentingnya pendidikan apabila kondisinya carut marut. Ini sangat menyedihkan sekaligus memprihatinkan.

Sejak lama kita sudah sangat begitu yakin bahwa pendidikan adalah kebutuhan mendasar dalam mencetak manusia berkualitas untuk mengejar mimpi sebagai bangsa yang maju. Bagaimana sejarah mencatat para pejuang pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara menanamkan dasar-dasar pendidikan khas Nusantara, dengan konsep budi pekertinya. Menuntut ilmu tidak hanya sekadar untuk pintar, akan tetapi juga memiliki karakter baik, punya hati, jujur, dan liat dalam menghadapi kehidupan (mandiri). Dalam konsep pendidikan manusia sekarang, kita tidak cukup hanya berkemampuan menguasai hard skill (cerdas akademis) akan tetapi juga soft skill (kecerdasan sosial).

Akan tetapi, dengan membaca dua berita yang kutipannya ditulis di atas, rasanya tujuan pendidikan nasional kita masih jauh panggang dari api. Setidaknya anak didik kita di SDN Segaran 2 dan pendidikan di Jatisari, tidak lagi kondusif. Sekalipun di Jatisari yang bermasalah bukan langsung dengan anak didik, akan tetapi sejatinya pendidikan di sana sedang ada gangguan karena kondisi pengelolanya. Demikian halnya untuk di SDN Segaran 2, betapa anak-anak kita telah “diajarkan” bagaimana cara berkonflik!***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *