KARAWANG, Spirit
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Karawang, Teddy Rusfendi Sutisna menginstruksikan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) untuk membuat pemetaan jumlah tenaga guru honorer. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai langkah antisipasi mengurangi atau menambah jumlah guru honorer di setiap sekolahan.
“Selama ini informasi yang saya terima, ada satu sekolahan yang kelebihan guru honorer, ada sekolahan lain yang kekurangan. Ini tugas disdik biar jumlahnya bisa sama rata. Tidak ada yang kelebihan atau kekurangan,” ujar Teddy, Kamis (17/3).
Meskipun keberadaan guru honorer dianggap vital, Teddy tetap meminta pihak sekolah tidak berlebihan dalam persoalan rekrutmen guru honorer. Menurutnya, proses rekrutmen harus sesuai dengan kebutuhan sekolah.
“Kalau berlebihan, dampaknya nanti sekolah akan kerepotan untuk urusan anggaran,” ucapnya.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Kadisdikpora) Karawang, H. Dadan Sugardan mengatakan Karawang sudah kelebihan guru. Sebab, kebutuhan guru di Karawang hanya sekitar 15 ribu. Tapi di lapangan sudah tercatat sekitar 22 ribu guru dari tingkat SD sampai SMA/SMK.
“Kelebihan guru ini sebagian besar adalah dari guru honor,” ucap H.Dadan belum lama ini.
Dia mengaku sangat menghargai kontribusi guru honorer dalam memajukan dunia pendidikan. Karena tidak dipungkiri dalam perjalanannya, banyak sekolah yang ikut terbantu dengan pengabdian para guru honorer tersebut.
“Banyak sekolah yang mengangkat guru honor karena terdesak dan kekurangan tenaga pengajar,” akunya.
Menurut dia, masalah juga timbul saat sekolah harus membayar gaji para guru honorer. Sebab, sekolah tidak memiliki anggaran khusus untuk guru honorer. Dampaknya, sekolah mengambil 15 persen uang dari dana bantuan operasional sekolah(BOS). Namun permasalahan peliknya adalah saat mendapati sekolah yang lebih banyak memiliki guru honorer daripada guru PNS.
“Itu yang kadang bikin pusing kepala sekolah. Kadang karena saking terdesaknya, ada sekolah yang terpaksa yang meminta sumbangan dari orang tua siswa. Ya memang tidak bisa disalahkan. Tapi kadang masyarakat yang belum bisa menerima cara seperti itu,” tuturnya.
Dadan sering mengimbau kepada semua sekolah di wilayah kerjanya untuk tidak lagi menerima guru honorer. Dan bagi yang sudah telanjur, diharapkan mendistribusikan guru ke sekolah yang masih membutuhkan guru.
“Sehingga guru tidak menumpuk di sekolah dan wilayah tertentu saja,” ucapnya. (nji)