Hujan Datang Air Menggenang

ADAKALANYA hidup sulit mengambil pilihan atau selalu ada dalam keserbasalahan. Misalnya, diberi musim kemarau kita banyak mengeluh, karena sumber air menjadi kering. Terlebih saat cuaca panas jalanan menjadi berdebu, yang pada akhirnya tidak membuat nyaman. Demikian pula lahan pertanian menjadi tidak produktif lantaran tidak bisa ditanami karena tidak ada air.

Lain halnya saat musim hujan, keluhan pun tak pernah reda. Padalah ketika musim kemarau mendera, semua orang selalu berharap musim hujan segera tiba. Sebagaimana terjadi pada musim kemarau lalu, di mana-mana berlangsung salat istisqa, yakni salat meminta hujan. Akan tetapi tatkala doa dikabulkan, dengan turunnya hujan, kita pun seolah kembali menghadapi kesulitan.

Keadaan itu terjadi ketika hujan mengguyur hampir dua hari kemarin, dan    mengakibatkan  beberapa perkampungan di Desa Duren Kecamatan Klari, khususnya di Jalan Satria RT 12  RW 04 dikepung air. Hal tersebut juga ditambah dengan adanya perbaikan jalan pada 2012 lalu tidak dibarengi dengan  perbaikan drainase. Salah seorang warga setempat, mengatakan,  setiap tahun musim  penghujan   banjir kerap melanda daerah tersebut. Bahkan di tahun 2013 yang lalu, ketinggian air sempat mencapai 75 cm dan menenggelamkan beberapa toko dan rumah di RT 12 RW 4 Desa Duren Kecamatan Klari.

Kita hanya memiliki dua musim, akan tetapi dilema sepertinya tidak pernah hilang. Dilema kemarau tidak lain karena terjadi kekeringan, sementara saat musim penghujan tiba terjadi banjir dan musibah alam lainnya seperti longsor.  Musim hujan identik dengan limpahan air larian (cileuncang) yang tidak mampu tertampung oleh saluran atau selokan yang ada. Pada musim kemarau gorong-gorong kerap lupa untuk dibersihkan guna menghadapi musim penghujan. Kita kerap alpa untuk bertindak guna menghindari bencana lain tatkala musim hujan mengguyur. Bahkan konyolnya pada musim kemarau  selokan,  gorong-gorong, atau saluran lain menjadi tempat membuang sampah. Atau sampah dibiarkan memenuhi tempat mengalirnya air, karena saat itu memang tengah mengering. Saat musim penghujan tiba, kita pun kembali meradang karena kebanjiran akibat saluran, gorong-gorong, atau selokan mampat karena sampah.

Banjir di Desa Duren Kecamatan Klari, kita khawatirkan hanya baru awal dari kemungkinan banjir yang lebih besar. Hal itu bukan tidak mungkin terjadi apabila pembangunan drainase buruk. Bisa kita lihat, pada Selasa (2/1) kemarin, arus lalu lintas di Jalan Raya Klari arah ke Cikampek terhambat hingga satu kilometer lebih. Gara-garanya hanya jalan tergenang air agak tinggi hanya sebatas betis orang dewasa. Kondisi ini bisa lebih parah apabila hujan lebat turun lebih besar dan lebih lama. “Cileuncang” terperangkap di jalan, lantaran tidak ada tempat saluran untuk  mengalir. Kita tidak paham, mengapa drainase tidak segera dibuat pada saat musim kemarau lalu. Rupanya kita tak pernah mau belajar dari pengalaman. Jika hujan datang, air tetap menggenang.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *