BEKASI, Spirit
Proyok perbaikan jembatan Pulo Besar Desa Karang Mukti yang berlokasi di Kp. Klender RT 01/01 Desa Karang Mukti Kecamatan Karang Bahagia Kabupaten Bekasi diduga dikerjakan asal-asalan. Pasalnya Tembok Penahan Tanah (TPT) sisi kiri dan kanan jembatan yang termasuk bagian pekerjaan, ambruk sepanjang 10 meter, Kamis (19/17) malam sekitar pukul 23.00 WIB. Padahal, pekerjaan tersebut baru dalam hitungan hari diselesaikan.
Ambruknya TPT menurut masyarakat sekitar, disamping adanya hujan lebat, diduga akibat tidak ada pondasi TPT, dan cerucuk pasangan batu yang dipasang nangkring di lumpur.
“Gimana nggak ambruk Bang, coba aja liat ngak ada pondasinya. Cerucuk juga nggak ada, cuma beberapa bagian aja yang pake cerucuk, nggak digali lebih dulu. Ya otomatis ketika lumpurnya diangkat, ambruk,” ungkap Oboy,salah seorang tokoh masyarakat sekitar ketika dimitai keterangan Spirit Jawa Barat di lokasi kejadian, Jumat (20/10).
Hal itu tidak jauh berbeda dengan keterangan pengawas kegiatan dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan ruang (DPUPR) setempat, Kobul. Menurutnya, TPT dipasang menggunakan cerucuk hanya saat Pengawas ada di lokasi kegiatan. Selebihnya, kata kobul, TPT tidak menggunakan cerucuk.
“Oh…. Pantes aja ambruk juga, tidak pake rucuk, padahal waktu saya kontrol saya intruksikan pake rucuk, koq dipasangnya cuma beberapa aja. Ini pemborong maunya curang aja, udah dibayar mahal oleh pemerintah masih aja nakal,” ujar Kobul.
Masih kata Kobul, pemborong harus segera memperbaiki TPT yang rusak sebelum Propesional Hand Oper (PHO) agar tidak dipotong saat pembayaran nilai kontrak.
” Akan kita panggil pelaksana kegiatannya, agar segera di lakuka perbaikan TPT yang ambruk itu,saya maunya diperbaiki sesuai dengan bistek sebelum di PHO, Kalau tidak ya kita lakukan pemotongan pembayaran,” pungkasnya.
Ironisnya, kata Kobul, konsultan supervisi kegiatan, Tias saat diberi informasi seakan enggan untuk meninjau ke lokasi proyek. Padahal, kata Kobul konsultan supervisi kegiatan telah dikontrak dan dibayar oleh pemerintah.
Bahkan, saat Spirit Jawa Barat ketika mengkonfirmasi langsung kepada Tias melalui telepon selulernya, dirinya memilih bungkam sehingga menimbulkan dugaan konspirasi dalam pengerjaan proyek tersebut.
Sementara itu, Sekretaris Lembaga Swadaya Masyarakat Komunitas Rakyat Ekonomi Kecil (LSM Korek), Ujang HS mensinyalir adanya kongkalikong antara pemborong dengan pihak pihak terkait sehingga merugikan keuangan negara.
“Baru beberapa hari kerjaan itu selesai koq udah ambruk. Saya perhatikan dari awal pekerjaan yang namanya konsultan supervisi, pengawas dinas terkait bahkan Pejabat Pelaksana Tekhnis Kegiatan (PPTK) itu tidak melakukan tugas sesuai dengan tupoksinya. Datangnya aja pada waktu pengukuran, selepas itu menghilang,” kata Ujang.
Kata Ujang, dugaaan kuat adanya konspirasi tersebut tentu tak bisa dielakkan. “Coba kalau mereka bekerja sesuai tupoksinya, mungkin akan meminimalisir terjadinya kecurangan yang dilakukan para pelaksana kegiatan.
Semoga aja kejadian ini jadi cerminan bagi dinas terkait untuk memperbaiki kinerja mereka. Saya minta Kepala DPUPR dapat menindaklanjutinya,” pungkas Uajng. (bhy)