KARAWANG, Spirit
Pesatnya perkembangan industri di Kabupaten Karawang membuat laju lalu lintas perpindahan penduduk tak terkendali. Membludaknya imigran dari berbagai daerah ternyata memberi efek ekonomi yang timpang. Sebab di samping banyaknya perusahaan, angka kemiskinan malah semakin meningkat.
Asisten Daerah II Provinsi Jawa Barat Deny Juanda Puradimaja mengungkapkan hal itu usai meresmikan Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami) Grand Sentraland, Rabu (24/2). Hadir dalam peresmian tersbut Wakil Bupati Karawang H Ahmad Zamakhsyari dan Diirektur Utama Perumnas Himawan Arief Sugoto.
“Ketimpangan ini menjadi ironi. Saya mengira dengan melihat Kabupaten Karawang sekarang tidak akan ada yang miskin. Tapi ternyata banyak dan itu tidak sebanding. Karena skenarionya, kalau perusahaan banyak maka kemiskinan semestinya rendah,” ujar Deny.
Menurut Deny, 60 persen industri manufaktur Indonesia di Jawa Barat lebih banyak tersebar di daerah Karawang, Cikarang, dan Bekasi. Di Karawang sendiri tercatat 1.571 perusahaan. Sehingga orang-orang dari desa maupun daerah lainnya datang ke Karawang mencari lapangan pekerjaan. Pemprov mensinyalir adanya imigran yang membuat perpadatan penduduk di Kabupaten Karawang.
“Setelah kita lakukan pengecekan, ternyata pertumbuhan imigrasi hampir 3,5 persen, padahal penduduk aslinya cuma 1,1 persen. Dan kenaikannya setiap tahunnya reguler namun untuk penurunannya masih nol,” ujarnya.
Kata Deny, pemerintah daerah selama ini dinilai belum bisa mengendalikan arus imigrasi. Untuk itu ia meminta Pemkab Karawang untuk segera memperbaiki sistem pemerintahan.
“Ini harus segera diperbaiki. Lihatlah Jakarta sekarang, itu bisa jadi percontohan. Referensi untuk pemerintah Karawang,” katanya.
Perlu rumah transit
Sebelumnya, dalam jumpa pers tentang Rusunani Grand Sentraland, Deny Juanda menyatakan, saat ini ia melihat gejala pesatnya pertumbuhan daerah penyangga ibu kota. Ketersediaan infrastruktur yang memadai didorong oleh pertumbuhan industri yang berkembang pesat memicu pertumbuhan kawasan di pinggiran Jakarta seperti di Karawang
“Di kawasan industri Karawang, perlu dibuat perumahan transit, penghuninya adalah para buruh. Namun mereka tidak boleh memilikinya secara permanen,” kata Deny kepada pers
Deny mengatakan, pemerintah sedang berusaha untuk mengendalikan perluasan pemukiman tenaga kerja di kawasan industri. “Kawasan industri dibikin untuk jangka panjang, pegawainya kan ribuan. Kalau tanah di sekitar kawasan sudah dijual, nanti pemukiman para pegawai semakin jauh. Makanya pemerintah memberi layanan kepada pekerja kontrak dengan skema rumah apartemen,” katanya
Sebagai contoh, Deny menjelaskan rumah susun (rusun) khusus buruh di Rancaekek Kabupaten Bandung yang dapat menampung 4 ribu buruh. Di sana pemerintah hadir untuk para pekerja yang butuh tempat tinggal sewa murah. Namun buruh harus segera keluar jika sudah tinggal selama 3 tahun.
Deny berharap apartemen transit khusus buruh itu bisa mencontoh model rusunami garapan Perumnas.
Direktur Utama Perumnas Himawan Arief Sugoto melihat, saat ini para pengembang properti lebih cenderung membangun sektor perumahan dan apartemen. “Menjamurnya industri di Karawang memicu pertumbuhan populasi penduduk yang signifikan,” ujar Himawan
Himawan menyatakan, rusunami garapan Perumnas di Karawang itu bukan hanya menyasar pekerja dengan kategori masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), namun juga menyasar pekerja level menengah atas yang tidak tahan dengan kondisi
kemacetan Jakarta
“Selain menyediakan hunian tipe 18, Grand Sentrtaland juga menyediakan tipe 27 dan tipe 36, dengan kapasitas total penghuni 2.070 jiwa,” katanya. (fat)