PURWAKARTA, spirit – Imbas dari penggusuran pasar ikan di Penjaringan, Jakarta Utara oleh Pemprov DKI beberapa waktu lalu, mulai berdampak terhadap petani ikan di Kabupaten Purwakarta. Salain harga ikan merosot tajam para petani juga mengaku sulit memasarkan ikan dalam jumlah besar.
Hj Ece (56), petani kolam jaring apung (KJA) PLTA Cirata yang dalam satu kali panen sedikitnya mampu menghasilkan 5 ton ikan siap konsumsi, kini mengaku kebingung untuk mengeluarkan hasil tangkapannya itu. “Sekarang bingung kita kirim kemana, biasanya selalu ada yang ngambil buat dibawa kepasar ikan dijakarta,” ujar dia, Selasa (17/5).
Selain sulit memasarkan, menurut petani yang sudah puluhuan tahun menggeluti usahanya itu, harga berbagai jenis ikan merosot tajam. Jenis ikan mas turun dari Rp 18.000 per kilogram kini menjadi Rp 14.000. Sedangkan untuk jenis ikan nila dari Rp14.000 per kilogram menjadi Rp10.000 per kilogram.
Bahkan, lanjt dia, ikan bawal yang menjadi ikon petani di Cirata itu turun menjadi setengah harga dari Rp 12.000 per kilogram menjadi Rp 6.000 per kilogram. “Tetapi harga untuk pakan naik dari Rp 7.000 per kilogram sekarang jadi Rp 8.000 per kilogram. Sudah hampir satu bulan kita kaya gini. Ya mau gimana lagi, kita rencana stop dulu terima benih ikan sampai harga stabil kembali.’
Hal serupa juga dirasakan H Ade Abdul Muhyi (27), petani ikan larva kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta. Biasanya ayah satu anak ini hampir setiap hari mendapat pesanan ikan dari sejumlah petani kolam jaring apung.
“Sebelum harga turun ikan mas, nila dan bawal banyak yang pesan dari Cirata dan Jatiluhur sekarang susah dan saya juga bingung harus keluarin ke mana,” kata dia.
Guna mencegah kerugian semakin besar, para petani KJA satu bulan terakhir mulai mengurangi pasokan ikan. Mereka berharap pemerintah ikut memikirkan nasib para nelayan, apalagi dalam waktu dekat akan memasuki bulan puasa. (joe)
Keterangan foto : SALAH satu KJS di bendungan Cirata.