Dibalik Kekalahan Persib di Final Bhayangkara Cup

JAKARTA, Spirit

Kekalahan Persib di partai final Piala Bhayangkara menuai berbagai opini yang terlontar dari pemain dan pelatihnya. Yanto Basna, satu-satunya pemain Persib yang dikeluarkan wasit pada pertandingan itu mengklarifikasi perihal dirinya menerima kartu merah. Sementara, ruang ganti Persib kala itu pun sempat mencekam saat gelandang Taufik menderita sesak nafas usai pertandingan.

Yanto Basna, dirinya mengaku tidak berniat melukai pemain Arema Cronus, Esteban Gabriel Viscarra saat dirinya menendang botol air mineral hingga mengenai muka striker asing itu. Yanto pun merasa tidak terima karena wasit memberikannya kartu kuning kedua yang membuatnya terusir dari lapangan.

“Saya tak bermaksud menendang pemain tetapi botol. Saya kecewa sama wasit Indoensia, karena ini bukan yang pertama kali,” kata Yanto,seperti dilansir Juara.net.

Akibat pengusiran itu, Persib kebobolan 1 gol oleh Arema. Kemudian harus menelan pil pahit usai gol kedua Arema menambah asa Persib semakin berat meraih kemenangan.

Tak hanya itu, usai laga final tersebut ruang ganti pemain Persib sempat mencekam saat gelandang mungil M taufik menderita sesak nafas.  Keadaan panik saat tim kesehatan baru tiba 15 menit kemudian dan memberikan oksigen. “Tadi, dia (Taufik) sempat drop dan memang sudah kelihatan pucat. Tapi setelah diberi oksigen keadaannya membaik,” ujar manajer Persib Umuh Muchtar.

Terlepas dari itu, kubu Persib masih melontarkan kekecewaanya terhadap kepemimpina wasit yang memimpin pertandingan tersebut. Umuh, menyatakan Persib seharusnya mendapat hadiah pinalty di paruh pertama, namun hal itu tidak diindahkan wasit.  Kekecewaannya semakin menjadi saat Basna di ganjar kartu merah.

“Satu orang mengecewakan 50 ribu penonton. Saat kartu merah kami selesai,” tutur manajer 47 tahun itu.

Sementara, pelatih Arema Cronus Milomir Seslija, menyatakan Persib terlihat Inferior pada laga final tersebut. Kendati demikian, Milo, sapaan dia, mengatakan berdasarkan pengamatan Lab Bola, Persib saat itu hanya melepaskan satu  tembakan ke gawang, sedangkan Arema tiga kali tembakan ke gawang.

“Persib memiliki serangan balik berbahaya, tapi tak masalah kali ini. Mereka tidak mampu melepas tembakan selama 60 menit,” tutur Milo.

Meski hanya menjadi runner up dan gelar jawara di Piala Bhayangkara 2016 menjadi milik Arema, beberapa gelar lain masih lah tetap dibawa pulang ke Bandung.  Penyerang Maung Bandung, Samsul Arif dinobatkan sebagai top skor turnamen tersebut. Bersama dengan striker Sriwijaya FC, Alberto Goncalves, Samsul mendapatkan uang sebesar Rp 100 juta beserta sepeda motor. Penghargaan paling mengesankan tentu saja gelar suporter terbaik yang diberikan kepada Bobotoh. Dukungan, loyalitas, ketertiban dan beberapa koreo yang ditunjukkan selama turnamen dianugerahi gelar tersebut oleh panitia.  Berikut peraih gelar dan hadiah lainnya:

Wasit Terbaik : Thoriq Alkatiri mendapat hadiah Rp 50 juta

Fairplay Team: Sriwijaya FC mendapat hadiah 150 juta

Pemain Terbaik : Alfarizie (Arema) mendapat hadiah Rp 150 juta

Juara 4 : Bali United mendapat hadiah Rp 500 juta

Juara 3 : Sriwijaya FC mendapat hadiah 750 juta

Runner Up :  PERSIB mendapat hadiah Rp 1,5 miliar.

Juara: Arema mendapat hadiah Rp 2,5 miliar

Pada laga final turnamen bertajuk Torabika Bhayangkara Cup itu, Persib Bandung dikalahkan Arema Cronus 0-2, dihadapan 50 ribu pendukungnya yang hadir memadati Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (3/4). (dit/net)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *