KARAWANG, Spirit
Pemandangan miris terpantau di sebuah warung internet (warnet) yang ada di sejumlah warnet yang ada di Karawang, Kamis (18/2) kemarin. Dipadati anak dibawah umur yang masih berusia Sekolah Dasar, mayoritas netizen itu banyak kedapatan menonton video kekerasan dan juga tontonan porno.
Di Rengasdengklok, anak-anak SD memadati warnet hanya untuk menonton video kekerasan aksi tawuran Kamis (18/02). Sambil mengeluarkan kata-kata kasar mereka tampak puas melihat adegan yang ada dilayar monitor.
“Mati mati tuh kena bacok,” teriak mereka saat menonton adegan tawuran, yang dipurtar di media sosial Youtube, Kamis (18/2).
Bahkan, beberapa diantaranya tampak hafal dan mengenal dua kubu yang terlibat tawuran di rekaman video yang diunggah di youtube tersebut. Kebanyakan yang ditonton anak ingusan di layar monitor warnet itu melibatkan tawuran dua kubu pelajar. Seolah terbiasa, aksi tawuran tontonan mereka beberapa diantaranta melibatkan dua kubu sekolah SMK yang ada di Karawang.
Parahnya lagi, anak-anak tersebut tak peduli saat coba di tegur untuk tidak menonton video adegan kekerasan tersebut.Malah, beberapa diantaranya terkesan melawan dan cuek.
“Tidak apa-apa bang kita cuma nonton saja, apa salahnya sih nonton bang,” ungkapnya.
Penelusuran Spirit Karawang dilanjutkan ke warnet yang berada di daerah Gempol, Kelurahan Tanjungpura, Kecamatan Karawang Barat. Selain menonton adegan kekerasan, sejumlah anak usia SD sesekali mengintip video adegan dewasa berbau porno. Tak jarang, beberapa diantaranya terlihat mengunduh video tersebut dan menyimpannya ke dalam memory smarphone yang dibawanya.
Berbagai alasan dilontarkan anak-anak tersebut saat salah kepergok tengah memilah dan memilih video porno yang diakses melalui alamat laman website yang sepertinya sudah terbiasa di buka. “Tadi ini nggak tahu bekas siapa yang pake internetnya, pas saya mau main game malah keluar video ini,” Budi (nama samaran) bocah berusia sekitar 11 tahun, yang mengaku duduk di bangku kelas 6 SD itu.
Lain hal dengan Alen,(bukan nama sebenarnya),teman seusia Budi, ia mengaku mengetahui alamat website video tersebut setelah beberapa kali mendatangi warnet tersebut. Ia menjadi ketagihan setelah seringkali membuka laman web berbau porno itu tanpa sengaja. Namun, secara langsung ia menghafal bahkan mencatat alamat web itu, agar setiap kali datang ke warnet tidak lupa mengaksesnya.
“Awalnya gak sengaja om, ngintip yang buka video porno. Saya ke warnet tadinya cuma mau lihat video sepakbola doank, tapi pas buka Mozzila (browser) keluarnya malah video begituan,” katanya, saat coba diinterogasi.
Ia pun mengaku seringkali menyimpan file video tak senonoh itu di smartphone yang disiapkan sebelumnya. Bahkan, lewat smartphone itulah ia kerap kali berbagi tontonan dengan teman sebayanya sepulang saat bermain.
“Jangan lapor orangtua saya om, ini saya hapus kok,” ujar Alen, ketakutan seraya beranjak pergi dari bilik warnet.
Sementara, Ade (35) salah seorang pengunjung warnet, mengatakan, ia menyayangkan anak masih kecil saja sudah biasa menonton aksi kekerasan tawuran dan video porno. Ia membayangkan bagaimana kalau mereka sudah besar, atau saat menginjak usia remaja setingkat SMU.
“Sepertinya pas SMP atau SMA mereka malah mengikuti aksi yang ditonton itu. Pantesan saja tawuran pelajar sering kejadian,” ucapnya.
Ia pun khawatir, dampak dari tontonan yang tak wajar itu membawa mental bobrok bagi masa depan mereka di kemudian hari. Perilaku seksual meyimpang, kekerasan seksual maupun kekerasan fisik di kalangan remaja, menurutnya bisa jadi dampak negatif dari aktivitas anak-anak tersebut di dalam bilik warnet.
“Harusnya orangtua nya juga memantau kebiasaan anak-anak ini bermain. Atau aparat berwenang sesekali razia warnet nya,biar tahu hal sekecil ini yang terjadi di bilik warnet bisa berdampak besar dan panjang bagi psikologis remaja Karawang,” ungkapnya. (cr5)